HEADLINE

JANGAN KAU USIK DUNIAKU | Cerpen Andayani M. Pd |

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.



Fajar merajuk menyambut pagi dengan sejuta makna. Aku terpanggil seakan sudah terbiasa rutinku menghadapNya.

Ocehan burung menyambut sang surya seakan mengingatku kembali kala bersentuhan dengan warga. desa empat tahun yang lalu. Semua masih membekas di relung sanubariku saat mendampingimu, suka, duka sudah menjadi sahabatku.

Tapi di balik kisah itu, berontaklah kata hatiku, kumohon jangan terulang kembali, bahwa diriku  sudah punya dunia sendiri sebagai pembimbing, pendidik, dan mengarahkan siswa untuk meraih asa demi masa depan gemilang. Mulailah aku mengendurkan salah satu aktivitas. 

Akhirnya  memilih aktivitas yang lebih dulu kugeluti atau kutekuni. Langkah demi langkah kulepas salah satunya, demi memupuk yang aku pilih, berat sebenarnya tuk meninggalkan satunya.

Hampir setiap hari suamiku mendiskusikan tentang itu. Tapi semua sudah tidak mempan lagi. Karena insan perempuan yang tak sempurna, aku lelah dan tak kuat lagi kalau di pundakaku dibebani dua kegiatan yang bersamaan waktunya. Cukup dan cukup, tolong, tolong dan tolong jangan kau usik duniaku yang sejak lama sudah menyatu.

Hadirmu terlambat karena aku sudah terfokus apa yang menjadi asaku,

"Sudahlah Mas, Aku lelah memikirkan hal itu. Jangan dan jangan terulang lagi, dunia baru yang kujalani dengan penuh cacian, serba salah, fitnah yang tak habis – habisnya."

Semua itu membuatku jera lagi untuk melangkah menyatu dengan warga binaan suamiku. Perdebatan dengan suami tak ada habisnya, aku katakan sekarang tetap pada pendirianku . 

"Jangan begitu”Suamiku berguman, ”kita ini dipercaya warga ,ayo kita sama sama membina warga di sini."

"Nggak Mas....pokoknya jangan kau usik duniaku, biarlah mereka memilih panutan penggantiku. Sekarang dunia lamaku banyak menyita waktu,dan tak bisa ditoleransi lagi,itu semua sudah kebijakkan pemerintah. Lihatlah saat istirahat hampir tak  nyenyak tidurku, siang dan soreku tersita aktivitas, malamku tugas kantor yang menumpuk."

Bosan rasanya dengan kerja rutinku, entah kapan ini semua akan berlalu. Besok, lusa dan lusa lagi masih tetap menyatu. Hari minggu duduk di teras sambil bercerita dengan suami,nyelentuk dari perkataan suami

”Warga masih menginginkanmu lagi.” 

“Apa?”Aku terkejut! 

Rasanya dunia ini mau roboh. 

"Sudahlah ....aku tak sanggup lagi menjalankan hal itu, Mas!" 

Jangan mengulang kembali kenangan penuh luka. Singkirkan jauh – jauh yang membalut lukaku. Kini mereka  sudah bisa merasakan apa yang diberikan ibu barunya. Tapi....ada satu,dua bahkan  lebih menyalurkan aspirasi padaku, dengan tersenyum simpul disertai tarikan nafasku menasehati bahwa di dunia ini tak ada manusia yang sempurna, terimalah kelebihan dan kekurangan kaum hawa. Jalankan dan rasakan hiruk pikuk yang ada di desa kita, dengan hati yang sabar dan ikhlas. 

Ketika senja bersahabat, kubaringkan badan di kursi tuk menikmati istirahat pulang dari kerja, rasanya jenuh dengan kesibukan – kesibukan yang menyita waktu untuk berceloteh dengan keluarga indahku. Sebagai manusia yang butuh keharmonisan, aku iri dengan pemandangan yang hampir setiap hari kusaksikan betapa beruntungnya keluarga itu.

Tapi...tidak semudah itu apa yang aku bayangkan,semua itu butuh perjuangan dan doa,mungkin semua ini pemberian Sang Maha Pencipta. Saat senja lagi bersahabat, aku duduk di kursi teras sambil memandangi bunga anggrekku, yang setiap hari menemani dari kejenuhan kerjaku. Tak kusangka dari belakang muncul pasangan hidupku, lalu dia berkata

”Mungkinkah kita menerima harapan warga yang menginginkan kita lagi menjadi panutan di desa yang dicintai ini?"

”Kan sudah kukatakan, jangan kau usik duniaku. Sudah menjadi sejarah kelam di dalam perjalanan hidupku," sahutku sengit.

Sore itu jadilah perdebatan di keluarga kecilku, seakan – akan tak kuasa aku menahan emosi kala itu,untung saat itu datanglah sahabat yang selalu hadir di kala ada suatu problem, yaa bolehlah siapa tahu bisa menjadi tokoh penengah dalam pergulatan pro dan kontra untuk mencalonkan pimpinan di desa. 

Dengan kehadiran sahabat bisa membawa suasana berubah, yang tadinya konfliknya sama – sama emosi,langsung mereda menjadi suasana obrolan yang menyejukkan. Alhamdullilah semua merasa senang dengan pertemuan ini. Suasana mulai sunyi,mataharipun sudah menampakkan warna jingga, berarti kegelapan malam mulai menyelimuti dunia.  

Jarang aku menemukan sahabat yang sebaik ini, bisa membawa luka yang membalutku hilang tanpa bekas. Sirna semua konflik yang terjadi di keluarga kecilku, marilah kita berdamai menuju jalan yang diridhoi Alloh SWT. Aamiin....


Tentang Penulis:
Andayani 
M. Pd . Seorang tenaga pendidik di SMA Negeri Balung, Jember                                                         

Tidak ada komentar