BALADA PARMAN DAN DEDEH_Puisi Puisi Beni Setia (Semarak Sastra Malam Minggu)
SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 33
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam. kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. Apabila dalam 2 bulan naskah tidak dimuat maka dipersilakan mengirimnya ke media lain.
(Bagi karya yang dimuat malam minggu diberikan honorarium sepantasnya)
BALADA PARMAN DAN DEDEH
1
parman dan dedeh
buruh pabrik. mereka
mengontrak kamar
2
dua gelas kopi,
dua mangkuk mi kuah
menyibak pagi
3
gang yang sempit
dan dekat persimpangan
mereka pisah
4
rindu direntang
sampai jam kerja usai
’ngrumpi dan ’ngopi
5
tubuh diperah
: akan sempatkah punya
anak dan rumah?
6
mungkinkah pensiun
menghabiskah hari tua
dengan berkebun?
7
semua pekerja
menjadi langsing. melulu
di-karbohidrat
8
pemilik pabrik
ingin aman. digoda
deposito
9
prospek cemerlang
yang pantas dijadikan
agunan kredit
10
beras diimpor,
buruh asing diimpor
--mereka robot
11
parman dan dedeh
di bekasi, bertahun
sebagai buruh
12
diminta tetap
perkasa--tua diusir
: melulu ’ngemis
13
uar wangi kopi
pagi menyiksa parman
--dedeh ke hong-kong
8
apa karena
parman merindu atau
ruh dedeh galau?
9
lengkingan kucing
hendak kawin menjelang
gerimis. galau
10
kata orang tua:
”ada yang mau bertengkar
dan bulan madu …”
11
berkembang biak
seperti kucing. tapi
dedeh menghilang
12
lengang. selepas
bekerja. parman lelah,
rindu dan lapar
13
betapa panjang
menunggu, betapa penat
merindu. galau
14
seratus minggu
telah berlalu. jadi
gema kenangan
15
kini menjelang
seratus enam minggu
--siput di jalan tol
16
masih sekitar
sembilan puluh minggu
berbantal rindu
17
terbaring, mata
terbuka. hanya diam
sampai org4sm3
18
dalam mengenang
berlinangan air mata
: perih menanti
19
alangkah indah
: rumah, taman berbunga,
anak tertawa
20
setapak panjang,
kubah lengang petang:
menahan senyum
21
langit gerimis
: dedeh di mana? apa
dibalik pintu?
22
sebaris demi
sebaris, ucap demi
ucap. menggema
23
dedeh tak lagi
tampak? bisakah tetap
dipercayai?
24
seribu minggu
hanya menunggu, cuma
melulung. galau
25
meskii rindu: ruh
--laut belum ditimbun--
tak bisa terbang
26
rabalah dinding
usap grafiti merah
aksara latin
27
sempatkan ngimla
semprotan tabung rindu
--pulanglah dedeh!
2015-2018
Tentang Penulis:
Beni Setia adalah seorang Pengarang
Tidak ada komentar