Puisi puisi Muhammad Zaini
TUHAN AKU TIDAK PAHAM.
Tapi aku hanya ingin puisi
Yang seperti ini.
……. (namanya)
Terimakasih, aku merasa cukup.
Dan kami berakhir.
Dalam gelak tawa tiga cucu.
Aku mati
TERUNTUK JIWA
Teruntuk jiwa yang kupuja.
Kini aku kian tersesat dalam binar matamu.
Seakan hidup berotasi pada lakumu.
Puan, aku hanya tersesat dalam binar matamu.
Dan kau tak juga memberi arah untuk aku pulang.
Teruntuk jiwa yang kupuja.
Biarkan aku melangkah,
jika menetap bukan lagi kita.
MENJELMA SATU
Puan, senyap semakin menggerogotiku
Di antara lamunan tentangmu yang membisu
Aku dalam tualang pencarian makna
Hatiku kian berotasi pada lakumu merona
Entah angin apa yang menghadirkan harum pelukmu di jaketku
Aku tahu kita telah usai
Tapi kenangan menjelma satu dalam rinai
TOLONG
Aku tersesat dalam diriku sendiri
Pikiran tentang seharusnya tak terkendali
Bukan cuma tentang senyummu yang meliputi
Hak dan kewajiban juga tak tersudahi
Rasanya seperti jiwa dan ragamu sedang berkelahi
Sulit membedakan nyata dan ilusi
Jauh dari dalam, aku teriak untuk diakhiri
Tarik aku, sepi menjadi-jadi.
Dari dalam perlahan aku mati.
SIALAN
Sejak kapan aku menjual kesedihanku.
Pada bait-bait lirih untuk memenuhi saku.
Sajak hanya tentang ungkapan yang tak tersempaikan pada yang empu.
Pengecut yang berucap lewat tulisan membeku.
Tentang Penulis
Muhammad Zaini berasal dari Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Saat ini ia merupakan mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Menyukai kopi.
Tidak ada komentar