HEADLINE

BALIMAU BAKASAI_Puisi Puisi Titin Ulpianti


BALIMAU BAKASAI

Entah, sejak kapan balimau menjadi tradisi?
dan aku mengenal itu
menetas dari rahim Ninikmamak
dan mengemasnya di kantung istiadat
beriring petatah-petitih disimpul tali syukur.

Beribu akar jadi satu bercambah kedamaian
riuh rebana berdetak syahdu menuju
kemilaunya jiwa
kembali  pada pemilik ruh ini, bersih bak kapas terurai. 

Senja yang ramai
dimana piranti hati
berbaur dengan tua maupun muda
sontak merakit doa suci
di bawah aliran kaki gunung 
pesta menjelang isbat
anak manusia
sujud syukur  menyambut ramadhan
bersihkan jiwa dari noda dalam kecipak balimau bekasai.

Lampung barat, Juni 2018.


LEMANG


Selayang rindu menyapa
Terlintas sajian kudapan
Memori mengetuk imaji
Saat emak sungguhkan lemang dan kuah rendang selepas senja di kampar kiri.

Nuansa elok berakit
di birai rimbang baling hanyut hening
Seakan enggan beranjak
dari pangkuan.

Sadar senja sisakan kenang
Menari di pelupuk mata
Dalam rantau diri.

Rindu makin sesat
menuang relung
makin menggebu jiwa
Membawa romansa kampung
halaman waktu.

Lampung Barat, Juni 2018.


MAWAR HITAM

Mawar hitam. 
Dia tumbuh di sebelah halaman
warna gelap  mencekam
duri  tajam  dalam lingkar. 

Jamban tempat bernaung terusik
badai datang dan pergi
tiada henti
torehkan luka lara. 

Mawar hitam !
Unjuk diri di atas altar
kelam di lumut
terang telah lalu
lebur urat nadi  jadi benci
sumpal sesak dalam sukma. 

Lampung, Mei 2018.

PERTEMUAN SUATU HARI

Di jalan yang di penuh pohon kopi
Kita tak saling mengenal
Diam seperti batu batu membisu
hingga  semilir kegelisah tertumpah 
terperangkap  diantara situs situs megalitikum.

Udara ini sangat pahit, ada kekacauan yang saling bertentangan 
Sampai kau memecah  keresahan dengan mantra 
yang begitu nikmat 
hingga aku benar benar lupa bahwa kita di dunia berbeda. 

Andai saja aku tau  cara menyambung lidah
cemas ini menciptakan  banyak tekanan
separuh jiwa tenggelam
hanya mampu  meraba. 

Sesaat kumulai  menikmati
alunan diskusi yang membakar emosi
membuatku hanyut terpaku
dan terperangkap dalam lorong wakti. 

Lampung Barat, 2019


HIKAYAT KOPI

/
putih, wangi bunga menusuk hidungku 
di pagi yang masih buta
Sekumpulan embun asik melipat  mimpi

//
Mentari kembali lahir dari balik pesagi
senyumnya menjulang menebar butiran hangat
berbagi cerita pada embun yang piawai menari di ujung daun kopi.

///
Di setiap dahan kopi merahmu makin rimbum,
terbentang harapan 
di sana mimpi mulai tersemai 
tangan yang sudah mengendur hingga otot yang masih kuat 
bersuka cita menanam biji impian keluarga.

////
Kala senja berubah merah saga
kembali dalam peraduan 
menyalami damai dari butiran kegelisahan
membungkusnya  dalam sajak kerinduan akan tanah kelahiran
bukan hanya selayang pandang
tetapi tentang  rasa yang begitu nikmat di celah dada. 

Lampung  barat, 2019.


KETIKA HASRAT MEMANGGIL

Kutelusuri pada dia yang pernah singgah 
meninggalkan cerita mengulang sejarah lama. 
Tapi, gejolak terus bergelora  memuntahkan apa saja yang ada dalam perut dusta yang pernah  kau sebut cinta. 

Dan, 
Ketika hasrat memanggil
pada bebatuan yang mulai bersautan
dalam diam dia terus menjaga keseimbangan 
Menuntun bahasa kepiluan
yang terus mengiris hati,
bahkan mampu melupakan 
apa saja yang pernah dia sebut  bahagia.

Ya, benar sekali. 
Roda-roda kehidupan  terus berputar 
ia sibuk mencari jalan melewati kemunafikan 
dengan lidah tajam menjilat setiap celah yang terlihat
Ia lupa, 
Bahwa.
Perjalanan ini masih panjang 
setiap langkah  ada ribuan makna tersembunyi
bukan hanya persimpangan
tapi gelombang yang setiap detik serupa misteri. 

Malam yang masih perawan bulan menjadikan langit sebagai altar 
sebelum sekumpulan bintang menari 
sebelum mega berserakan
bahkan sebelum ia benar musnah dalam lipatan angan
kemudian pagi menjelma embun-embun dari keangkuhan
bejalan melumat hari-hari di ujung mimpi. 

Lampung barat, Juli 2019.

Tentang Penulis:Titin Ulpianti, Tinggal di Liwa Lampung Barat. Penyair perempuan yang mulai produktif setelah cukup lama bergabung dengan anggota Komsas Simalaba. Baru baru ini karyanya lolos dalam seleksi buku KRAKATAU AWARD 2019 dan BANJARBARU RAINY FESTIFAL 2019 merupakan dua event sastra cukup bergengsi di tanah air. 

Tidak ada komentar