HEADLINE

Puisi Puisi Andi Evan Nisastra_GARIS TENGAH MALAM


Sulitnya menemukan ruang siar, terutama bagi sobat pendatang baru di kancah kesusastraan tanah air, mendorong SIMALABA untuk menyediakan lembar khusus bagi sobat Simalaba agar tak putus asa serta tetap semangat berkarya. Kirimkan karya sobat ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek SASTRA HARIAN (Mohon maaf, laman ini tidak berhonor)

Sajak Sumba

Gemerisik surah suci menutup tepi gegaris cahaya pagi
Sudikah kalian bawa lelap dalam wangi pembatas sabda kata
Mula-mula makna yang lirih terucap
Adalah dongeng yang tak bosan diperdengarkan
Mengulang pada tiap baris antara kita dan kata
Lalu datanglah panggilan menjemput
Kita serta sajak berwarna sumba

26 Januari 2016


Sebaris waktu duka seorang pemakna

Sudah sudah sudah
Berakhirlah cerita dongeng-dongeng sepi yang dilupakan
Aku lelah menyeret waktu yang enggan tergerak
Siapalagi yang rela memakna alur cahaya
Jika pada akhirnya gelap yang bertandah
Menyalin kembali waktu-waktu duka
Waktu yang tak pernah bagi kita berani melewatinya
Entah kenapa

Desember 2015


Garis Tengah Malam

Pikianku melarut sunyi
Dalam serasa takut kata-kata
Apa bergaris tengah malam sungguh purna
Di setiap kadar makna yang terjaga
Lalu mengapa kita berlelah menyandiwarai waktu
Jika pada akhirnya kalimat ini yang akan memejamkan mata kita

Desember 2015


Waktu dan Jarak

Bagaimanapun
Waktu akan menuntunmu untuk terus menunggu
Jarak akan mengajarimu rindu

Maka mengertilah bahwa
Untuk menghargai arti ‘menunggu’ kau seharusnya tidak mencela sang waktu
Sebagaimana kau yang tidak akan pernah mengerti rembulan bila tidak peduli dengan malam

Maka pahamilah bahwa
Untuk tulus merindu kau harus mencintai jarak
Sebagaimana kau yang ingin ikhlas mencintai langit tak seharusnya kau membenci awan

Banjarmasin, 16 Mei 2018


Perawi Pagi

Udara pagi yang kuhirup setiap hari
Selalu mengingatkanku padamu
Kamu tahu,
Pagi adalah rindu yang berbisik membangunkanku
Dan kamu adalah udara pagi yang harus kuhirup dengan mengingatmu
Aku berharap bisa terus bertemu pagi
Lalu merindukanmu
Dan menghirup udaranya dengan mengingatmu

26 Februari 2018


Bangkit nyawaku

Separuh nyawaku seakan dituan kembali
Setelah diperebutkan kembali dengan Izrail
Biarlah cukup kurasa
Jika hanya untuk mencicipi buah pengetahuan
Yang matang di pohonnya
Atau menikmati segala yang terlanjur disuguhkan

Bodoh, apa yang mampu kutanam dalam ladang pikian anak-anakku

Kata-katamu yang tak berirama itu hanya akan menuai sesal
Aah
Kenapa denganku
Karena separuh
Aku jadinya tak sempurna

November 2015


Pena

Pena adalah kawanku
Aku adalah temannya
Kami bernafas bersama dalam deras hembusan kata
Tinta mengarah kalimat, menggumah makna
Mengikat kami pada lembar akal

November 2015


Biodata Penulis 
Andi Evan Nisastra, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang, jurusan Ilmu Falak. Beberapa puisinya terhimpun dalam antologi puisi bersama antara lain : Rindu yang Belum Tuntas (Sabana Pustaka, September 2016), Dibalik tulisanku aku bercerita (CV. SAWEU Pena Publisher, desember 2016), Hujan (Indie Digital Media Publishing, 2016), Melayang-layang (Oase Pustaka, Januari 2017), dan juga terdapat dalam Majalah Iflah dan Literasi.

Tidak ada komentar