HEADLINE

DITERJANG TSUNAMI, SEKTOR PARIWISATA BANTEN TERPUKUL HEBAT

(foto Riduan Hamsyah: crew simalaba)

Bencana tsunami yang melanda beberapa kawasan di Banten cukup membuat panik warga, tidak hanya bagi mereka yang sedang menikmati long weekend, tetapi yang paling terpukul adalah masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir sepanjang pantai Anyer, Carita, Panimbang, Tanjung Lesung hingga kawasan Kecamatan Sumur yang merupakan wilayah kecamatan paling akhir di Pulau Jawa.

(foto: crew simalaba)

Libur sekolah yang juga disertai dengan libur natal tentu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berwisata ke beberapa wilayah di Banten, khususnya wilayah pantai. Terutama para wisatawan lokal yang datang dari wilayah Jabodetabek, Pantai Carita, Anyer, Tanjung Lesung serta Ujung Kulon menjadi pilihan yang cukup ramai dikunjungi untuk menikmati udara sejuk dan suasana alam yang masih terbilang asri.

Tetapi sebuah peristiwa pada Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB, mengubah suasana liburan menjadi mencekam. Gelombang tinggi tiba tiba datang merendem kawasan wisata dan pemukiman warga sejumlah wilayah di Lampung dan Banten. Kedua provinsi ini adalah wilayah terdampak langsung tsunami yang diperkirakan akibat erupsi Gunung Krakatau, mengingat keduanya dibatasi oleh Selat Sunda


Jumlah korban bencana tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang terus bertambah. Hingga Minggu (23/12/2018), pukul 10.00 WIB, data sementara 62 meninggal, 584 luka-luka dan 20 hilang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, selain korban jiwa, bencana tsunami mengakibatkan kerusakan fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak. Data ini masih terus bergerak naik mengingat belum semua wilayah terdata. Daerah terdampak paling parah di Kabupaten Pandeglang.

Daerah yang terdampak parah di Pandeglang yakni permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai. Seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita. Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang. Sementara di Kabupaten Lampung Selatan, 7 meninggal, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Kemudian, Kabupaten Serang tercatat 3 tewas, 4 orang luka-luka dan 2 hilang.

Penanganan darurat terus dilalukan. Status tanggap darurat dan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih disiapkan. Alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat sedang berlangsung saat berita ini diturunkan

Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya. Sejumlah helikpoter juga dikerahkan untuk pemetaan melalui udara. Begitupun dengan TNI yang akan ikut mengerahkan pesawat untuk bantu proses pemetaan dan pengamatan.



BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, tsunami yang terjadi di sekitar Pantai Anyer Pandeglang dan Lampung Selatan tidak dipicu oleh Gempa Bumi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kronologi terjadinya Tsunami di Pantai Anyer dan sekitarnya pada Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB. Awalnya, BMKG sudah mendeteksi dan memberikan peringatan dini adanya gelombang tinggi mulai 22 Desember hingga 25 Desember 2018 di Selat Sunda. Diawali dengan terjadi hujan lebat dan angin kencang di Perairan Anyer. Malamnya, BMKG berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada pukul 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali, menyebabkan peralatan seismometer sempat rusak. Tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus dan tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan.

"Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJ l) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi kurang lebih 24 detik dengan frekwensi 8 - 16 Hz pada pukul 21.03 WIB," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis.

Tak lama kemudian, dari hasil pengamatan tidegauge (sementara) didapatkan data sebagai berikut:

1. Tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang tercatat pukul 21.27 WlB ketinggian air 0.9 meter.

2. Tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, Kecamatan Ciwandan tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian aur 0.35 meter.

Fenomena Langka

Langkanya fenomena tersebut diungkapkan Sutopo merujuk pada pemicu tsunami yang dikabarkan telah menewaskan sebanyak 43 orang, melukai sebanyak 584 orang itu hingga Minggu (23/12/2018) pagi. Pemicu tsunami Anyer bukan gempa yang terjadi di dalam laut seperti fenomena tsunami yang terekam seismograph di seluruh dunia pada umumnya.


Pemicu tsunami Anyer dijelaskan Sutopo belum dapat dipastikan hingga saat ini, namun besar kemungkinan tsunami Anyer dipicu adanya longsor bawah laut imbas dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi terus menerus.

Sutopo bahkan mengakui pihaknya sempat kesulitan mencari tahu pemicu tsunami Anyer hingga kini lantaran adanya gempa tremor yang terjadi terus menerus karena letusan anak Gunung Krakatau.

Sementara, tsunami Anyer diketahui terjadi setinggi tiga meter yang meluluh lantakan pesisir pantai sebelah barat Banten, mulai dari kawasan Tanjung Lesung, Labuhan, Carita hingga kawasan Anyer itu. Fenomena tsunami di Selat Sunda termasuk langka. Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigaikan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian. Tidak hanya diperkirakan dipicu adanya longsor bawah laut, langkanya Tsunami Anyer didasarkan pada fenomena alam yang terjadi sepanjang Sabtu (22/12/2018) malam. (dirangkum oleh Riduan Hamsyah: dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar