HEADLINE

ISYARAT MATA_Puisi Puisi Rahmat Akbar(Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.


ISYARAT MATA

Aku memadangmu melalui isyarat
seperti ada yang bersembunyi di bola matamu
lembaran kisahmu, telah kubaca dengan hati
tertancap arus bayang seseorang
yang pernah menghiasi hidupmu.

Tentu aku tak pernah ragu
barisan waktu hanyalah sederet kisah
yang penuh dengan coretan tinta air mata
kita bisa menggusapnya dalam ruang asing
di sebuah kamar ada gerimis yang berjatuhan kembali.

Biarlah perihmu-meluncur sebagai pematik rasa
apabila api harapan membara
berhentilah, karena di sana akan ada kecewa
kecewa yang harus ditelan
lalu bunga-bunga yang jalang menerjang
menerjang bagi penggembara-telah melepas segala rasa.



Kotabaru, 2018


WANITA DI DEPAN SULUH


Wanita itu sembunyi di depan suluh
sambil memandang dengan redup
ada makna yang diraupnya melalui hidup
sebab suatu nanti pasti akan melihat hari semakin tertutup.

Wanita itu kemudian terenyuh
direngkuhnya tanganku
dengan wajah yang keruh
tak seindah dulu
sebab telah habis terang, tinggal kenangan
yang terpampang smpai meradang.

Seperti kuanyam air mataku
sampai pada simpang terjauh
menandaskan segala rahasia-tentang maut yang tersipu malu
ketika melihat percakapan kami di malam itu.

Kemudian telah menguncup gugusan rasa
merangkum-memercik haru
memeras bahagia-masa lalu.

Kotabaru, 2018


RUMAHMU, RUMAH KATA

Rumahmu, rumah kata-tersusun dan merona
Di dalamnya tumbuh dahan-tumbuh daun hingga berbunga
Di kala pagi terus tersiram air
Mebungkus romangsa, hingga alam pun menaruh cemburu
Cemburu pada dua anak muda
Penuh rindu dan rasa.

Rumahmu adalah rumah kata
Yang merasuk ke relung kalbu
Yang tersemai pada harapan dan rindu
Bahwa kita pernah merangkai cerita-melalui cinta.

Sebelum kau lepas masa lajang
Telah tertanam perjanjian
Perjanjian yang akan tertulis dalam akad
Dan bergetarlah rumahmu, dalam rumah kata
Yang terucap melalui surah Ar-Rahman.

Kotabaru, 2018


MENGOYAK SEPI PADA WANITA SENJA


Kukoyak sepi dengan tatap mata
tergambar pada sosok wanita
duduk di dipan menikmati hari senja
senja yang nampak dari wajahnya.

Ah, dia tersenyum melihatku dan berkata
“ayo, kita duduk bersama.”
aku pun merasakan aroma tanah pada tubuhnya
yang suatu saat akan terkujur kaku.

Mungkin waktu
adalah sesuatu yang tak bisa dituai dan dirawat
pada masanya nanti tanggis pun akan pecah
pecah-resah hingga menggalir di jazirah
di keluasan masa, lalu-rindu akan menapal batas
bahwa d4r4hnya telah mengalir ke tubuhku.

Kemudian kupegang tangannya
ada nampak kerutan aku raba
dan aku rasakan ada raga yang harus dijaga
hingga matanya menutup usia.

Kotabaru, 2018


REBAH DI PANGKUANMU

Rebah meluk4
Kata tak bermakna
Bias tak benyawa
Hilang-hingga ditelan bayang-bayang mata

Sajakku berdar4h
Ketika kupandang wajahmu
Di dalam lorong jiwa
Telah kutemukan dirimu melata

Seperti senja
Hari ini kau semakin redup
Jatuhkan keramaian dalam rumah kita
Ada yang lenyap
Perihal nyawa

Tunggulah sejenak
Biarlah aku merebahkan kepala ke pangkuanmu
Lalu kubiarkan kau pergi
Bersama sunyi
Dan aku akan datang
Ketika nanti kita sudah di yaumul hisab.

Kotabaru, 2018


SAJAK SUNYI

Malam ini
Aku telah bertamu
Bertamu dengan sunyi
Tanpa getar
Tanpa rasa
Tanpa kata

Kukirim pesan singkat
Singkat sekali
Berurai air mata
Air mata dosa
Dosa yang aku tanak
Ketika tidak mapu menghapusnya
Maka yang tertinggal
Hanyalah penyesalan.

Kotabaru, 2018


BERDURI

Sebatang pohon
tumbuh berduri
di depan rumahku
tak bisa disentuh
Pun kalau disentuh
Maka akan ada luka.

Kucoba melepas akarnya
Namun masih tumbuh
Tumbuh yang baru
Melebihi duri
Yang pernah ada.

Perihal duri
Ada rindu yang tertancap
Mengecap lalu terlelap
Ditelan luka mengelap

Dak aku tentu
Tak ingin mendapatkannya.

Kotabaru, 2018


KELAK AKU AKAN PULANG

Kelak aku akan pulang
Ketika nafasku tak lagi berhembus
Jantungku tak berdetak
Berpendar segala rasa melalui mata

Kemudian,
Mataku terlelap selamanya
Mulutku mengatup
Telingaku tak mendengar
Yang ada hanya suara parau
Disambut pecah tangis
Diiringgi surah yasin.

Jangan tanya kapan aku akan pulang
Sebab aku sendiri tidak mapu menjawabnya
Namun yang kutahu,
Suatu saat nanti, pasti aku akan pulang.

Kotabaru, 2018


PERIHAL RATNA


Ratna bermain api di antero negeri
Membuat pengakuan bahwa dipukuli
Sehingga media meliput dan masuk di layar televisi
Disaksikan jutaan rakyat yang sedang dalam duka pribadi.

Ratna orangnya lucu sekali
Berkoar-koar di layar televisi
Mempermaikan drama penuh aksi
Bahkan para pejabat dan politisi dapat dikibuli.

Ratna sering bermain drama sendiri
Mencari kesalahan pemerintah saat ini
Walau pun kutahu dia dari pihak oposisi
Namun, dia tetap sebagai manusia sejati
Yang bisa saja melakukan kesalahan sendiri
Begitu pun kita sebagai MakhlukNya
Yang tak luput dari dosa pribadi.

Ratna mengklarifikasi di media massa
Supaya tidak ada lagi yang tertipu daya.

Ratna semoga ada pelajaran di balik semua ini
Agar kita selalu jujur terhadap diri sendiri.

Kotabaru, 2018


SEJENGKAL RASA UNTUK WANITA

Kutanak rindu
pada sejengkal rasa untuk wanita berwajah sayup
kupandangi matanya yang sendu
seperti menyembunyikan hari semakin kelabu
dan telah tertuang kisah masa lalu
anakmu kini mulai menanam rindu.

wanita itu memandangku dengan mata sayup
mulut mengatup
ada hari yang ingin disampaikan
perihal jalan menuju pulang-entah kapan
sebab ada yang digariskan melalui gurat senyuman
lalu menyambut kesedihan mendalam, menuju tempat peristirahatan.

Kotabaru, Otober 2018

Tentang Penulis:

Rahmat Akbar, lahir di Kotabaru, Kalimantan Selatan, 04 Juli 1993. Puisinya pernah menggisi beberapa media massa seperti Medan Post, Pikiran Rakyat, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Kabapesisir, Radar Banyuwangi, Koran Dinamikanews, Analisa Medan, Malang Post, Magelang Ekspres, Flores Sastra, Koran Merapi, Tribun Bali, Media Kalimantan dan sejumlah antologi bersama. Sekarang bekerja sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Garuda Kotabaru dan pendiri sekaligus pembina bagi siswanya di komunitas Taman Sastra SMA Garuda Kotabaru. 


Tidak ada komentar