SECARIK RINDU _Puisi Puisi Kiki Rahmawati (Sastra Harian)
JIWA MUDA DARI PELOSOK NEGERI
Ketika cahaya pagi menyapa
bertaburan cahaya mentari berkilauan emas
membuka bongkahan hati yang tersirat mati
agar hidup kembali
sekujur tubuh hampir mati ditelan bumi
namun tak mengubah segala kobaran jiwa kesatria
mengepal harapan setinggi mungkin lalu kubawa ke angkasa
kugantungkan agar tak jatuh ke bumi
walaupun jatuh selayaknya jatuh diantara para bintang di langit
jiwa muda yang suka berkarya, menjaga keautentikannya
melestarikan budayanya, cinta tanah air tentunya
sudah berapa lama kita dijajah, begitu pula pahitnya kehidupan
namun sekarang sudah merdeka
jangan kalah dengan alur pikiran
mengenangmu adalah kewajibanku
mewujudkan cita cita bangsa adalah tugasku
kuangkat tangan kananku untuk saling bahu membahu
walau dari pelosok kami punya hasrat tinggi untuk membangun negeri
Lampung bagian Barat adalah negeriku,
penuh pesona alam wisatanya,
berwibawa orangnya, lembut tutur katanya menyambut hari bahagia semoga senantiasa berjaya selamanya
Liwa, 20 Mei 2018
MENUNTUT PERJUANGAN
tiada lelah
tiada letih kurasa
hiruk pikuk kesana kemari
menuntut perjuangan
air mata dan keringat
tak dapat di beda
karena telah menjelma menjadi satu
perjalanan pahit
yang bernama perjuangan
menuntut pengorbanan
penuh rintangan dan godaan
agar dapat ditumpas hingga tak tersisa
berharap semua tak sia sia
untuk wujudkan cita cita
agar menjadi orang yang berguna dikemudian hari
karna perjuangan tak ternilai harganya
kan kukejar walau sampai ke negri Cina
hingga hari masa menua
Liwa, 20 Mei 2018
SECERCIK RINDU
dilerai malam aku sendiri
melihat keindahan alam melukiskan dunia dari sela kaca jendela
terkadang terdiam dan membisu
kudekap rindu yang menggelitik
hingga pipi berwarna merah
diiringi jantung memukul kencang
obat hati adalah
bertemu
melepas rindu
hanya angan untuk bersama
hanya mimpi kau hadir menghiasi dilelapnya tidurku
dimana kini kau berada
tak kuat menahan rindu
hari hariku suram tanpamu
Tuhan, bantu aku aku! tak ingin terjebak seperti ini
beri aku jawaban atas doaku selama ini
jika memang dia untukku maka hadirkanlah dia di hadapanku
aku rindu
jika tidak hapuskan ingatanku semua tentang dia
walau harapan masih tetap sama untuk bersama
Liwa, 21 Mei 2018
AKU KAU DAN DIA
Ketika hujan gerimis mengundang
sulit dihentikan rintik rintik berbentuk butiran air tanpa hentinya berjatuhan
berharap menjadi permata
dan sangat berharga
namun mustahil
seperti rasaku
aku menaruh harapan padamu
kau menaruh harapan padanya
hatiku pun bergejolak
seperti akan memar
kubasuh luka dengan air mata menahan sakit
pikiranku tak karuan
seperti berlayar di lautan tanpa nahkoda
tak tau arah tujuan
terombang ambing
sulit aku menimbang memilih antara rasa aku
atau dia adalah sahabatku
dimana arah pikiranmu
dimana letak hatimu
aku tak pernah tau
dirimu setega itu
ragamu milikku
tapi hatimu tidak
dulu perjuanganmu untukku besar
setelah kau bersamaku
kau campakkan aku
janji manis kau berikan
kini kau lupakan
tak tau jadinya antara aku kau dan dia
Liwa, 21 Mei 2018
WUJUDKAN HARAPAN
Walau harapan di ujung hala
menepis dahaga
bercerita kisah tanpa akhir
dengan alur hiruk pikuk dunia
yang diwarnai segala rasa
wahai sukmaku, bantulah aku, yakinkan tubuhku
untuk wujudkan cita cita
walau harus tertatih tatih
terjatuh, terluka dan banyak air mata menyisakan luka
berharap disetiap langkah berjuang tak sia sia
sudah separuh jiwa ku luangkan
untuk harapan masa depan yang berkilauan
hidup tak semudah mengarungi lautan
menghadapi duri duri dalam kehidupan
satu persatu kusingkirkan
karna tak semua jalan kehidupan itu mulus seperti yang di bayangkan namun itulah kehidupan
Liwa, 03 Mei 2018
Tentang Penulis: Kiki Rahmawati, ia adalah peserta kelas menulis online Simalaba angkatan 2. Sejumlah karyanya telah dipublikasikan pada program sastra harian simalaba juga terdapat dalam buku antologi simalaba 1, SEPASANG CAMAR
Tidak ada komentar