Edisi Sabtu, 19 Agustus 2017_ PUISI PUISI KADRI USMAN (Halmahera)
PUISI PUISI KADRI USMAN
RANIA
Menulis dukamu air mata
Gadis penyuka bunga
Setiap pagi engkau melayat embun
Merawat luka sepanjang musim
Apa yang kau semai kala itu
Sedang engkau meminta ilalang
Meminta hujan redupkan air matamu
Mengumpulnya dalam genangan
Sepasang malam terbitkan sepi
Atau bulan duka seolah-olah
Pekat yang kesini
Menambah ini duka
Halmahera Timur, Agustus 2017
SELEMBAR SURAT KEPADA (........)
Ketika aku menulis selembar surat pada debu
Aku bilang padanya: hidup adalah ketiadaan
Ketika kau mengusap debu dan membaca itu
Kau melihat kefanaan
Kadang aku masih bertanya-tanya
Mengapa hidup fanah?
Sedang luka abadi
Halmahera Timur, Agustus 2017
PUISI MERAYAKAN LUKA
(Teruntuk Negara)
Begitulah nasib puisi yang terluka
Bagai gadis perawan di perkosa
Puisi yang murung dan tak bergairah
Oh kejamnya mereka
Bagai puisi yang putus cinta
Siang malam menyesalinya
Di khianati harapannya
Pupuslah manusia
Bagai puisi yang merdeka
Tapi di perkosa
Di khianati mereka
Lalu puisi merayakan luka
Penuh jiwa dan raga
Halmahera Timur, Agustus 2017
CITA-CITA YANG AMBRUK
Cita-cita yang tertidur abadi
Mati muda bersama pejuang sejati
Jasadnya ku kunyah setiap hari
Ku dengar dari mereka yang sok peduli
Kita sudah lebur jadi bubur
Di gilas kekuasaan
Melawan berarti mati
Diam berarti mati
Negeri ini bagai telur di ujung tanduk
Goyang sedikit ambruk
Retak dan hancur
Halmahera Timur, Agustus 2017
SEPASANG JANJI
Dari podium bedebah
Tikus pakai peci berjanji
Tak makan padi sawah
Padi ladang taruhan nasib
Dari podium itu
Rakyat euforia
Bertepuk tangan sambil berkata; merdeka merdeka
Pulang di rumah berlinang air mata
Padi ladang habis semua
Tikus-tikus tak sembunyi muka
Terang-terang berkata
Aku tak makan apa-apa
Mereka hanya ingin menghancurkan saya
Hahaha
Oh... Bangsaaaa
Bangsaaa
Bangsaaaaatttt
Halmahera Timur, Agustus 2017
BANGSA INI BAGAIMANA LAGI?
Patahan luka jadi puisi
Menulisnya pada batu-batu
Ini Negeri penuh korupsi
Gerakan kiri di bilang tak patuh
Ini Negeri mau bagaimana lagi?
Kebohongan jadi ideologi
Yang susah-susah. Apa lagi
Karena uang luput harga diri
Aku mencintai Negeri ini
Dari kesepian yang kekeringan
Dari bangsa haus keadialan
Dan karenanya aku resah setiap malam
Merayakan Indonesia Raya suka cita
Halmahera Timur, Agustus 2017
INDONESIA
Kita sudah tua Indonesia
Tetapi belum jua merdeka
Sejarah kita hanyalah tentang kepentingan dan kekuasaan
Bukan tentang mati demi kebebasan
Kita sudah tua Indonesia
Petuah kita telah mati
Pecundang lahir tak pernah henti
Merdeka adalah sia-sia
Kita sudah tua Indonesia
Maka mampuslah kau
Sebelum hancur
Berkeping-keping
Halmahera Timur, Agustus 2017
MERDEKA
Kala bangsa bicara
Merdeka itu hanya peristiwa
Duka bahagia yang pura-pura
Yang dirayakan manusia
Untuk nanti terluka
Merdeka adalah semata-mata
Kemenangan sia-sia
Atas kekalahan darah
Dan nyawa
Mereka yang mati itu tak penah merdeka
Kita yang hidup jauh dari merdeka
Tetapi kini kita merayakan
Sambil bernyanyi Indonesia Raya
Halmahera Timur, Agustus 2017
Tentang Penulis: Kadri Usman anak kampung yang lahir pada tanggal 03 Maret 1993 di Wasileo Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Mantan ketua organisasi mahasiswa Maba Utara ini pernah menjadi peserta terbaik basic tranning (LK-1) HMI komisariat Stikip Kieraha. Pemuda yang pemalu dan lelaki melankolis ini sekarang beraktivitas sebagai relawan rumah baca belo-belo Buli Karya Kabupaten Halmahera Timur. Cerpen dan puisinya sering di publis di Malut Post. Pernah menerbitkan antologi cerpen : Seraut Cinta Dalam Kisah (Pena House 2016) dan antologi puisi : Isyarat (Perahu Litera 2017). Merupakan kontributor di buku kitab puisi penyair Maluku Utara : Kita Halmahera (Garasi Genta 2017).
Tidak ada komentar