HEADLINE

LELAKI YANG TERJEBAK DI ZONA MERAH |by Riduan Hamsyah|

 

Pada masanya kita akan kembali ke hutan. Lembah. Pantai dan savana. Memandang langit sambil bercermin di air danau. Mengusap segala pengap, jerat di kaki lalu memutuskan untuk bertualang. Ini karna masih sangat banyak yang belum kita ungkap. Tentang cabang cabang pohon di rimba. Tentang kemerdekaan yang tertunda. Tentang jasad yang tersekat, meski kita pernah mencintainya.


Tetapi rupanya, cinta itu tak pernah abadi, pada masanya kita ingin keluar dari zona ini! Wilayah yang memenjarakan kita cukup lama, kita begitu tersiksa di sebuah jagad yang tak sesuai kehendak, terpancang jadi tugu tugu tak bernama menyaksikan lalu lintas yang pura pura bebas padahal di kedalam yang begitu menderita. Di zona merah ini kita terpaksa bertahan dengan segala ketidak-adilan. Menjadi tumbal ambisi yang absolut.


Pemberontakan jiwa yang samar terkalahkan jua oleh keraguan, hingga, kita benar benar memutuskan untuk melanjutkan tualang ke ranah bintang bintang ke ranah langit ungu ke pelosok bola matamu yang memandangku sambil menjauh. Maaf, saat ini saya tak pandai bersuara, saya paham sedang berada di persimpangam yang terjal, saya paham belum tentu dapat melewatinya dengan baik, tetapi saya telah melintasi panjang sungai di dekatnya. Berenang hingga basah. Menyelam. Bahkan sempat tenggelam.


Kini di zona merah ini. Kita sama sama terjebak. Bahkan terdesak. Tetapi percayalah, kita akan kembali bersayap dan bisa terbang, memutuskan kembali bertualang.


Banten, 28082021

(Penulis: Riduan Hamsyah, penikmat puisi dan konten kreator)

Tidak ada komentar