LAKI-LAKI DARI DOLOM | Puisi Almer Kasa |
SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 10 (2020)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi minimal 5 judul untuk dipublikasikan setiap malam minggu
kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com
subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU.
Apabila dalam 1 bulan naskah tidak dimuat maka dipersilakan mengirimnya ke media lain.
(karya yang dimuat diberikan honorarium)
LAKI-LAKI DARI DOLOM
delapan kali kau seberangi sungai itu
dulu mamakmu pernah mencuci sumpok di sana
juga sisa-sisa keringat bapakmu setelah habis berburu
atau abu yang menempel di bajumu usai habis bermain gasing
sekarang apa yang bakal kau cuci, laki-laki?
delapan kali kau seberangi sungai itu
tak ada yang lebih deras
dari airmata anak-anakmu
yang kehabisan susu
biji-biji kakao di basung reot
entah bakal kau tukar atau kau jual
kepada para juragan yang tak menghitung-pedulikan
nyeri luka di telapak kakimu bekas batu-batu tajam sungai
sekarang siapa yang bakal kau caci, laki-laki?
(2002)
HABIS
setiap kali kau melihat ke langit biru
kau kenang lagi kejadian tempo hari:
tanah memberikan tubuhnya untuk anak-anak
gembala dan kerbau-kerbau
hutan membuka pintu untuk kau berburu
dan hijau sungai menghapus bau keringat anak-anakmu
tetapi anak-anakmu telah pergi ke negeri-negeri jauh
berburu di pusat-pusat kota
sebab di sini, kau tahu sendiri: buruan kehilangan hutan,
tanah tidak lagi milik anak gembala dan kerbau
sungai kehilangan jernih—keruh dan bau
setiap kali kau melihat ke langit biru
kau kenang lagi kejadian tempo hari
tetapi kau telah kehabisan banyak air mata
(2020)
DULU, AKU MASIH ENAM TAHUN
ibu sering membawaku melihat laut
biru laut selalu berhasil
menjinakkan isi kepala
tetapi laut tidak pernah jinak, kata ibu
aku tak pernah tahu
mengapa ibu melulu basah matanya
setiap kali menatap ombak-ombak
apakah di dalam ibu
ada lautan maha luas dan batu karang?
ibu bilang
di sana di tempat paling dalam
suaminya telah mendirikan istana dari sisa bangkai kapal
tetapi aku tak melihat apa-apa
kecuali warna laut yang tiba-tiba menjadi hitam
mirip air mata ibu
(2020)
MEMBACA BERITA
halaman satu:
seorang lelaki ditodong ribuan kata
bahasa-bahasa jauh yang asing
di kepalanya
halaman dua:
kawanan gagak
mata yang berkaca-kaca
membawa karangan bunga
halaman tiga:
lelaki itu pergi
merawat nyeri dalam kepalanya
di halaman berikutnya
halaman terakhir:
d0r!
(2020)
PERJALANAN
dari dalam lemari
kau ambil sepasang sepatu
beberapa pakaian—
kesedihan-kesedihan yang telah lama diperam waktu
bulan terlelap di ketiak induk kucing
daun-daun menyerah dipukul hujan
dingin menusuk-nusuk kulitmu
kepalamu ditusuk-tusuk kata-kata
dari dalam kamar
tangis ibumu adalah teriakan yang sunyi
tetapi kau tak bisa lagi menangis
kau perempuan yang sudah lama diajak berangkat
oleh perempuan lain di dalam kepalamu
tetapi dulu kau tak paham maksudnya
sekarang di sini semuanya sia-sia
dan kau kehabisan kertas untuk membagi banyak air mata
banyak telinga yang lupa cara mendengarmu
perjalanan dimulai
induk kucing mengeong
suaranya parau dan berat
seperti selamat jalan atau jangan pergi
atau bahasa-bahasa yang tak dimengerti oleh siapa saja
satu helai rambut di ubun-ubunmu kau cabut
kau letakkan di bawah pintu
“inilah tanda!”
kau melangkah melambaikan tangan
ke bawah pohon jambu yang bunga-bunganya jatuh itu
“itulah tanda!” katamu
gelegar guntur sirene yang panjang
hujan menghapus sisa-sisa jejakmu
gelap mengambil satu per satu kesedihan
dari nadimu
(2020)
Tentang Penulis
Almer Kasa lelaki kelahiran Dolom, Sulawesi Tengah, 1997. Menggemari dunia menulis sejak lima tahun belakangan. Puisi-puisinya tergabung di bebarapa buku antologi bersama, dan ada juga yang dimuat oleh beberapa media online. Ikut bergabung dan belajar di COMPETER INDONESIA.
Tidak ada komentar