HEADLINE

KEJAMNYA CYBERBULLYING |Opini Rosni Lim |

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor) Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan


Rundung menurut KBBI adalah: mengganggu, mengusik terus-menerus, menyusahkan.. Rundung atau merundung dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai bully atau mem-bully. Sedangkan padanan kata untuk perundungan adalah bullying.

Lebih jauh lagi bila kita telusuri, bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Bentuk-bentuk dari  bullying itu sendiri bisa berbentuk fisik (menyakiti fisik korban dengan tindakan seperti memukul atau sejenisnya), verbal (menyakiti perasaan korban dengan kata-kata buruk/jahat seperti menghina, mengejek, mencemooh), mengucilkan (membuat korban merasa disisihkan, dijauhi, atau dihindari). Semua bentuk bullying itu bisa mengakibatkan korban menjadi tersiksa hebat baik secara fisik (badan), psikis (mental/pikiran), maupun emosional (jiwa/perasaan).

Bentuk bullying yang terbaru adalah cyberbullying (perundungan dunia maya). Bullying jenis ini sangat mengerikan, bisa mengakibatkan korban depresi hingga mengambil jalan pintas/mengakhiri hidup. Wah!

Bagi yang hobi menonton drakor (drama Korea) atau yang mengidolakan artis-artis K-Pop, pasti tidak asing lagi dengan nama beken seperti Goo Hara dan Sulli. Mereka berdua adalah artis Korea terkenal yang memilih untuk mengakhiri hidup setelah tak tahan dengan cyberbullying yang dilakukan oleh netizen (internet citizen) di media sosial.

Menurut berita, keduanya mengalami depresi berat karena terus-menerus menerima kecaman dari netizen /warganet (warga internet) di akun media sosial. Dari berita yang penulis baca, Sulli dan Goo Hara keduanya merupakan sahabat baik. Sulli sering menerima komentar-komentar jahat dari para “fans”-nya setiap dia memposting foto di akun media sosial miliknya, atau saat dia mengutarakan pendapatnya tentang suatu hal. 

Sulli termasuk aktris yang mendukung pelegalan tindakan ab0rsi di Korea Selatan. Karena reaksinya yang setuju untuk mendukung pelegalan ab0rsi, dia mendapat banyak kecaman dari netizen. Korea Selatan termasuk negara yang konservatif dalam hal adat-istiadat, jadi sedikit saja ucapan kontroversial dari artis setenar Sulli mampu memicu reaksi hebat. Akibatnya, Sulli pun di-bully habis-habisan di media sosial.

Sulli juga sering dikecam karena mengenakan pakaian seksi. Termasuk juga saat dia berkata tak suka memakai pakaian dalam atas. Sedikit saja Sulli dirasa berpakaian “aneh”, netizen akan langsung menghujaninya bertubi-tubi dengan ribuan komentar jahat yang bisa membuat hati hancur, pikiran tertekan, sampai jatuh mental, dan patah semangat.

Sulli pernah berucap di rekaman video singkatnya, “Aku tidak berbuat jahat atau menyakiti orang lain. Kenapa kalian terus-menerus menyalahkan diriku?” Kasihan ya, Sulli, akhirnya karena depresi dia pun memilih mengakhiri hidupnya hingga menambah daftar panjang artis Korea yang b***h diri. Sebelumnya, sudah ada belasan artis Korea yang tak tahan dengan penyakit depresi yang diderita mereka hingga duluan memilih jalan pintas. Artis-artis Korea itu ada yang karena depresi kehilangan teman/sahabat, depresi setiap hari harus bekerja keras di tengah ketatnya pesaingan, depresi melihat orangtuanya sakit, depresi kesepian, sampai depresi dikecam gara-gara melakukan operasi plastik.

Hanya berselang 1-2 bulan sepeninggal Sulli, Goo Hara pun memilih jalan yang sama yang dilakukan sahabat baiknya. Adapun beritanya, Goo Hara merasa sangat kesepian dan depresi menjelang akhir hidupnya itu. Terutama lagi, dia juga sering menerima komentar-komentar jahat dan kecaman dari para netizen di akun media sosial miliknya. Dia pernah diberitakan menyerang kekasihnya saat kekasihnya itu mengancam putus. Akhirnya memang Goo Hara putus dengan kekasihnya itu. Namun, karena rasa tidak puas, sang mantan mengancam akan membeberkan video tak pantas antara dirinya dengan Goo Hara. Tentu saja, itu membuat sosok selebritis terkenal seperti Goo Hara kalang kabut. Barangkali, karena tak tahan lagi dengan semua yang dialaminya, Goo Hara pun memilih mengambil jalan pintas. Kemudian, sang mantan menjadi orang yang dibenci fans Goo Hara karena dianggap telah mem-bully sang aktris secara psikis dan emosional.

Bagi kita yang aktif bermedia sosial, pasti sudah sering membaca komentar-komentar jahat yang diluncurkan warganet seperti ribuan anak panah yang dilesatkan menghunjam hati dan mental si korban. Kadang, begitu pedas dan kejamnya komentar itu sampai kita memilih untuk tidak membacanya sama sekali daripada hati bergetar saking kasihannya pada si korban yang di-bully habis-habisan.

Tidak ada seorang pun yang suka di-bully, baik dalam bentuk fisik, verbal, dikucilkan, apalagi sampai di dunia maya. Ada sebagian orang yang semakin di-bully  akan semakin menunjukkan sikap buruk.. Kadang, seseorang sampai tak tahu kenapa dia di-bully? Padahal, dia tak merasa berbuat salah alias tak menyakiti orang lain.

Bahkan ada orang yang telah bersusah payah belajar atau bekerja keras sepanjang hidupnya, namun tetap harus menerima cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. Sampai orang itu tak tahu lagi mana yang baik dan mana yang buruk lalu akhirnya memilih untuk diam alias tak melakukan apa-apa.

Sudah saatnya kita tak menjadikan “budaya mem-bully” sebagai budaya kita. Tumbuhkanlah budaya saling menghargai, saling menghormati, saling mendukung, dan saling memahami (kesusahan/penderitaan orang lain). 

Kita tak mau menjadi warganet seperti warganet Jepang atau Korea, yang terkenal sebagai warganet yang paling kejam/pedas dalam melontarkan komentar-komentar negatif. Apalagi bila itu adalah orang terkenal seperti artis yang melakukan hal yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Padahal, kebebasan mengeluarkan ide dan pendapat masing-masing itu tak bisa dipaksa. 

Berhentilah mem-bully mulai sekarang!  Termasuk juga mem-bully di media sosial terhadap siapa saja. Bila kita punya banyak waktu untuk mem-bully orang lain, kenapa tidak kita gunakan waktu itu untuk instropeksi diri dan melakukan hal-hal yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain? 

* * *
Tentang Penulis:Rosni Lim,Menulis cerpen, artikel, opini, dll di beberapa media cetak/online


Tidak ada komentar