HEADLINE

SENDU_Puisi Puisi Imam Khoironi (Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)



SENDU I

Bersinarlah matahari,
keringkanlah air mata batin ini
terangi gelapnya hatiku dengan sinarmu
agar rindu ini senyap
akan aku gantung segala rasa perih
di hamparan tandus padang mimpi
seraplah semua oleh terikmu
buat sendu ini pergi tanpa sisakan embun pagi
keringlah luka hati dan sudah usailah sendu pilu
berharap ada cinta tertinggalpun aku tak sempat


Lamsel, November 2017


SENDU  2

langitpun menghitam
sebab awan telah menyelimuti terang hari
petir, menggelegarlah engkau!
luapkan apa saja yang kau kandung
dan aku, sambarlah senduku !
hanguskan ia, agar tak lagi bercerita di otakku
bersegeralah turun hujan
basahi luka-luka yang sedang bertanya
perihal siapakah pelukisnya
biar sekalian padam ragaku
kaku dan bisu, dan terlepas belenggu sendu
tumbangkan pohonan, juga patahkan dahannya
timpakan ke kepalaku
yang penuh dengan mimpi sendu
aku tak butuhinya
siksalah aku semaumu, hujan
dan kau badai, petir pun jua
aku tak mau sendu ini berlanjut malam nanti
habiskan segera, secepatnya!
puaskan dahaga!
aku mau damai saat senja tiba
dan aku ingin duduk bersama redup surya di ujung cakrawala

Lamsel, 20 Mei 2018


SENDU 3

jangan kau sambut aku dengan tanya
bagaimana luka lama kembali menganga?

benih baru telah tertanam dan tumbuh seiring musim berganti
tapi kenapa badai luluh lantahkan semuanya
entah dari mana,
dia badai datang menyapa
apakah puisiku telah memanggilnya?
aku rasa kau datang terlambat, namun
dia sangat tepat sangat cepat menyerang,
menghancurkan tumbuh benih baruku

sekarang benih itu berubah tumbuh jadi sendu
hal yang sudah berkali-kali aku temui saat benih yang lama,
mulai berakar dan menancap dalam, dalam sukma
terasa sangat perih kau cabut
menyisakan serat duri yang halus
dan guratan luka yang menjadi sendu-sendu yang biru

aku kembali patah
setelah baru saja badan terpapah
aku lagi-lagi jatuh
namun hati ini belum juga jera untuk berlari

akulah sendu yang saat pagi menangisi embun
yang saat siang meratapi terik
yang saat senja terbenam sepi
yang saat malam tersiksa mimpi hitam

dimanakah cinta saat aku terpuruk?
aku tak sanggup lagi berlari
meski hati masih belum ingin berhenti
namun, bahkan bangkit masih tak kuasa
tetap memaksa diri

Lamsel, Mei 2018


SENDU  4

Hembuskanlah udara dingin
Terpalah wajah sepi ini
Sejukkanlah ragaku wahai malam
Buatlah irama-irama sendu yang pelan!
Tembuslah jiwaku wahai angin!
Ambil seluruh perasaan yang meronta!
Jangan sisakan air mataku
Bawalah bayangnya bersama tangis ini!
Pergilah cintaku, ciptakan sendu dihidupku!
Jadikannya bangkai tak beraroma dalam jiwa
Hapus kenangan indah masa lalu
buanglah! guraumu tak lagi berarti wahai rasa

Lamsel, Mei 2016


TAK LAGI


semasa malam menanti,
menuai embun esok pagi,
aku memutihkan arang.

bersamaan terbitnya matahari dari penatku,
tak aku dapati setitik pun,
berkas sinar yang  memancar,

bahkan kelamku memekat,
merebak pada seluruh rindu.

tak lagi, aku jamahi latarmu.

kau, pulanglah ke rumah.
aku, maka singgahlah pada malamku,
yang menggemakan nada padu,
mengundang segala dikirakan,
untuk merindu tak lagi padamu.

Lamsel, Maret 2018


Tentang Penulis:

Imam khoironi. Lahir dan tinggal di desa kecil di Lampung Selatan bernama Cintamulya, 15 Februari 2000. Mempunyai alamat rumah di jalan Imam ghozali Rt 19 Rw 004 dusun Sindang Ayu desa Cintamulya Kec. Candipuro Kab. Lampung selatan Prov. Lampung punya hobi menulis sejak duduk di bangku MA, main futsal dan juga stand up comedy. Aktif menjadi salah satu pengajar di TPA Hidayatul Mubtadi-ien. Pernah menjadi kontingen Lampung Selatan pada KSM tingkat Provinsi tahun 2016 cabang lomba fisika. Pernah juga ikut serta dalam Musabaqoh Qiroatul Kutub (MQK) tingkat kabupaten mewakili Ponpes Hidayatul Mubtadi-ien pada tahun 2017. 




Tidak ada komentar