HEADLINE

JALAN KE KOTA TUA_Puisi puisi Rofqil Junior (Sastra Harian

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.




JALAN KE KOTA TUA

kemudian, aku tiba di pundakmu mencium sisa asap sepur
matahari merentangkan sayap, lamat lamat hinggap
lalu tersangkut di kepala gedung dan kubah masjid
sedang pada jalan menua, tempat biasa kendaraan
mendesah sendirinya. lama lama kian keras
mengantar-jemput kuntum harapan dan sulur nasib
sebelum akhirnya raib

taman Fatahillah sendirian dikerubungi ramai
ini sudut sudah cukup tua. mengunyah kenangan
yang kerap basah dan tak ada m4tinya
(tubuhnya berlumut, retak dimana mana)
burung burung bersayap angin 
sesuka hati hinggap, sekejap

sebuah bajai melambungkan amuk deru parau
memahat langkah lewat jalan penuh cabang
dalam peta. bunyinya begitu renta 
dengan sapasang lampu yang menerangi mimpiku
menjelma gugusan kunang kunang liar
dalam temaram, mengusir malam berudara payau

aku berjalan ke kotamu, menyibak kaki kaki gedung
yang cukup kuat menciptakan jarak
sebagai sekat paling ampuh setelah kem4ti4n
sementara pintu pulang kutup pelan. meski
teduh angin desa tak kutemukan di sisi
sekadar menggigilkan hati

kita bertemu tepat di tugu berambut emas
dan matahari berwajah api di pucuk timur
memastikan hilir mudik kereta
melintasi rel berlubang seperti biasa
dan hidup tetap berjalan sepantasnya.

Gapura, 2019 


SENYUM SRI

Sri, istriku, bibirmu kuncup kembang angin 
tumbuh dari sepasang musim
semarak diam diam memahat nasib selanjutnya
embun layu yang biasa hinggap, mengering
sebelum keringat. memandang sebentar
memastikan dunia masih pantas berjalan

maka tiada sepi paling kerasan di rumah kita
sulur sulur bunga itu perlahan sesak
mengusir tiba tiba.
kepengapan panjang tanpa kusuruh,
menentukan jalan pulang

Sri, istriku, bibirmu mawar samar. lengkap 
dengan durinya
m3nusuk kenangan dan berd4r4h di tepian dada
membentuk semacam kesakitan yang lupa kuberi nama
terkadang juga mampus dikepung kesendirian
kala malam yang kita rawat beranjak dewasa

kau mampir sebentar dari sudut yang tak selalu benar
melipat jarak dan jalan bercabang
kemudian berlama lama, lembur dalam ingatan

Gapura, 2019




PASAR

segala sesuatu akan terlihat lebih mudah dari biasa
empat sudut yang sudah lama bersekutu dengan ramai
menjemputku beserta harapan dari pintu rumah

lurus dengan mata, lelaki paruh baya 
dan perempuan berkepala tiga
merundingkan hal yang enggan selesai
semisal harga yang kian lesat terbangnya

bau bau aneh setngah busuk menusuk hidung
sesekali hinggap dan terbit dengan amis lain
yang lampau
tiap kukunjungi, ia terdengar selalu segar
lahir dari kuku waktu

lihat dan rasakan!
bagaimana sepi menunduk lantas mundur perlahan
ramai masuk dari jalan lain dan larut
;diam berpekan pekan

segala seusatu akan terasa lebih murah
setiap yang dijual-belikan selain kenangan

seperti pasar, hidup dan takdir
kadang minta ditawar

Gapura, 2019



MONOLOG SAPI KARAPAN

betapa kesakitan tak pernah kuhiraukan
demi laju kencang melesat terdepan
hidup barangkali lebih berarti
jika tegak menantang m4ti

mantra warisan sakera kuasah
sedemikian rupa hingga menjelma
bentuk paling sederhana
sekadar lurus dan tetap
pada lintasan yang semestinya

sekali hentak, tenang
debu melayang membelah sepi langit
tepat matahari berwajah api
diam diam melamar kepala
memburu garis takdir 
dan nasib selanjutnya

dering saronen merangkul ramai
dan sorak dari tepi pagar.
sedang kaleles yang kutunggangi
berderak hampIr patah
seperti tulang punggungku
tubuhnya menua, sesekali batuk

Gapura, 2019




Tentang Penulis : 

Rofqil Junior. Lahir dan besar di pulau Giliyang kec. Dungkek kab.Sumenep Madura pada 19 Mei 2002. Berdomisili di Gapura Timur Gapura Sumenep. Aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Komunitas ASAP Merupakan alumnus MA.Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep dan MTs. Al-Hidayah Bancamara Giliyang. Tempatnya memulai berproses menulis. Essai dan Cerita Rakyatnya mendapat juara 1 dalam lomba Creative Student Day 2018. Puisinya mendapat juara 1 dalam lomba yang diadakan oleh PT. Mandiri Jaya Surabaya sekaligus terangkum dalam antologi Surat Berd4r4h di Antara Gelas Retak(2019).Puisinya juga termaktub dalam antologi Dari Negeri Poci 9; Pesisiran (KKK;2019), Bulu Waktu (Sastra Reboan;2018), Antolgi Dwibahasa Banjarbaru Festival Literary (2019), Sua Raya(Malam Puisi Ponorogo; 2019), Dongeng Nusantara Dalam Puisi (2019), Segara Sakti Rantau Bertuah (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan II), Antologi Membaca Asap (Komunitas Seni Sunting, 2019). Saat ini sudah menulis puisi di berbagai media cetak dan online antara lain Suara Merdeka, Banjarmasin Post, Malang Post,Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Rakyat Sumbar,Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews, Simalaba.net, Galeri BukuJakarta, dll.


Tidak ada komentar