HEADLINE

BERSAMA HUJAN _Puisi puisi Ulina Tesalonika (Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.


BERSAMA HUJAN 


Mereka bertanya, "Kenapa sendirian?"
Aku menjawab, "Aku tidak sendirian."
Aku bersama hujan
Kami duduk bersamaan

Hujan memberiku kenangan
Aku memberinya buah tangan
Kami saling menerima dan menguatkan
kami berteman bukan?

Batam, 2018



BANGKU SEKOLAH


Mengenal duduk dari pangku
Menyapa teman dari bangku
Membaca dunia dari buku
Mendapat ilmu dari laku
Dari pangku aku berdiri
Dari bangku aku bermimpi
Dari buku aku bervisi
Dari laku aku bermisi
Berdiri menegakkan kepala
Bermimpi menembus cakrawala
Bervisi membantu massa
Bermisi mencetak aksara
Mereka bilang tidak
Kataku tidak ada tidak
Mereka bilang mustahil
Kataku bersama Allah tidak ada mustahil

Batam, 2018




BUMANTARA


Kau menjadi juara dalam lomba menerima kenyataan
Kokoh menjadi persinggahan
Tabah menghadapi pertemuan yang berarti perpisahan
Ikhlas menerima kenyataan bahwa selamanya adalah angan

Tegar menjelma dalam sukmamu
Senyum keikhlasan terlukis pada rembulanmu
Semangat meniti masa terpancar dari suryamu
Keberkahan membanjiri ardi asbab rinaimu

Sudikah kiranya kau mendidikku menjadi sepertimu?
Setidaknya izinkan sukmamu menjelma dalam sukmaku
Sudikah kiranya kau mengajarkanku menjadi rinaimu?
Setidaknya izinkan aku menjadi arif, searif penghambaanmu

Batam, 2018



ISTIRAHAT

Malam itu rembulan menyuruhku istirahat
Selimut menarikku, mendekap hangat
Kedua bantalku menghimpit
Mereka berseru Istirahat!

Mataku enggan terpejam
Tubuhku mafhum
Tanganku terus menggenggam kalam
Kakiku kekeh menjelajah malam

Mereka tidak tinggal diam
Mereka memaksa namun tak menyiksa
Mereka marah namun merekah

Hingga pada akhirnya kalbupun luluh
Malam itu aku tidur beralaskan iba
Berbantal renjana
Berselimut cinta

Batam, 2018



MENDUNG DAN HUJAN


Sore itu awan kelabu
Kurasa ia ingin mengadu
Raut wajahnya begitu sendu
Aku dibuatnya terpukau

Terpukau pada keteguhannya
Teguh membawa rahmat-Nya
Senantiasa menaati perintah-Nya
Meski ada yang menerima dan menolaknya

Yah  mau hujan, mendung
Teranglah jangan mendung
Cucian belum kering
Perlak ini masih pesing

Yey mendung, sebentar lagi hujan
Tapikan mendung bukan berarti hujan
Gak apa-apa, semoga aja hujan
Aku sudah tidak sabar bertemu hujan

Batam, 2018



MERAJUT WARNA


Pertama bertemu, pandanganku tak mampu berpaling darinya
Aku terus memperhatikannya tanpa kuketahui siapa namanya
Dia mampu mencuri perhatianku tanpa kuketahui namanya
Rasaku telah lama ia bersemayam pada skenario-Nya

Setelah pertemuan itu pertiwi mengenalkanku padanya
Namanya adalah warna
Parasnya memanjakan mata
Hadirnya mengisi pada setiap ruang persinggahannya

Kata sang pertiwi warna memiliki saudara yang bernama warni
Mereka berbeda namun tak saling caci
Mereka bersama namun tak saling benci
Mereka bersatu memberi arti

Arti dari indahnya perbedaan
Berbeda dalam memilih benang kehidupan
Berbeda dalam memilih jarum kehidupan
Berbeda dalam memilih hakpen

Terkadang benangnya lusuh
Terkadang jarumnya patah
Terkadang ukuran hakpennya salah
Namun disitulah seni berkehidupan dalam sebuah titah

Batam, 2018




MINYAK TELON

Bayi mungil itu menggigil
Tubuhnya mengkerut mendamba hangat
Tangisnya menjerit memecah hasrat
“Sabar ya nak” Kata sang Ibu

Ia pun terdiam
Tubuhnya padam
Tangisnya bungkam
Ternyata sang Ibu telah memandikannya dengan minyak telon

Batam, 2018


OMBAK DAN FIRMAN


Kedatangannya membawa pesan kerinduan laut pada daratan
Kerinduan yang berujung pada sebuah penantian
Penantian akan adanya pertemuan

Suaranya memecah kebisingan metropolitan, hingga membuatku tersadar akan satu masa yang kelak akan tiba
Masa itu akan tiba sebagai satu wujud kuasa-Nya yang disampaikan pada semesta melalui firman-Nya
Lautan akan diluapkan, gunung-gunung akan dirobohkan hingga menjadi fatamorgana
Bumi akan menceritakan beritanya dan manusia keluar dengan beraneka ragam untuk diperlihatkan amal mereka
Dunia ini hanya akan menjadi peran pendukung dalam sejarah perjalanan kehidupan manusia

Aku mulai memikirkan bagaimana mempersiapkan pertemuan terindahku pada Sang Maha Cinta
Satu dari sekian banyak hal yang terbesit adalah menjadikan sijjin sebagai cemeti lelah perjalanan hingga
kelak saat bertemu tiba, illiyyin akan menjadi latar belakang pertemuan kami

Batam, 2018



PEMUDA


Pemuda adalah pemimpin bangsa
Pemuda adalah penggerak bangsa
Pemuda adalah perubah bangsa
Apakah aku pemuda?

Lekat pada naskah proklamasi giroh pemuda sebagai pemimpin bangsa
Lekat pada sumpah pemuda giroh pemuda sebagai penggerak bangsa
Lekat pada sirah nabawiyah giroh pemuda sebagai perubah bangsa
Masihkah melekat giroh tersebut padamu wahai yang disebut pemuda?

Dahulu manakala pemuda bergerak, tatih menerpa dunia
Dahulu manakala pemuda berbicara, bungkam melanda dunia
Kini tatkala dunia melangkah, bergerak dalam diam adalah pilihan pemuda
Kini tatkala dunia berbicara, meronta dalam diam adalah pilihan pemuda
Masihkah aku pantas kau sebut sebagai pemuda?

Siapa yang salah?
Apa yang salah?
Dimana yang salah?
Takkan kau temui sebuah jawab jika kau tanyakan pada rumput yang bergoyang, maka tanyakan pada dirimu

Bukankah takbir yang digunakan Bung Tomo untuk memantik semangat pemuda masih sama dengan yang sekarang kau temui?
Bukankah Al-Quran dan As-sunnah yang digunakan sebagai pedoman sahabat terdahulu, masih sama dengan yang kau temui?
Bukankah keterbatasan yang kau temui masih belum sebanding dengan apa yang terdahulu temui?
Lalu apa yang menjadi asbabmu tak mampu menyamai mereka?

Bangunlah! Bangkitlah!
Kalau bukan kamu, siapa lagi?
Kalau bukan sekarang , kapan lagi?
Kalau bukan disini, dimana lagi?

Jika kau merupakan bagian dari pemberontak, berontaklah dengan langkah nyata
Jika kau masih meronta sebatas kata, berhentilah menutut pengumbar janji bergerak nyata
Jika kau masih terlena pada euforia dunia, lekas sadarkan dirimu bahwa gemuruh, riuh, adalah wujud dunia yang nyata
Jika kau mencoba berpaling, sadarlah bahwa hujjah-Nya nyata

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.”

Batam, 2018

UKHUWAH DAN AMANAH

Pernah kutemui satu kehampaan di tengah kesendirian
Lelah tak bertepih menghujam lentera kehidupan
Pelita tak mampu menerangi gulita kegelapan
Kenyataan hanya membuatku berlarian
Semu adalah kenyataan yang terus menjadi angan

Cinta-Nya mengantarkanku pada oase kesendirian
Hingga tak pernah kurasa adanya kehampaan
Ia menjadi pelita penerpa kegelapan
Membawaku pada satu lelah yang selalu kurindukan
Kenyataan akan Pertolongan-Nya menjadi satu janji yang kubanggakan

Cinta-Nya adalah amanah
Aku terikat oleh amanah
Kelahiran dan kem4ti4n terikat oleh amanah
Aku, kamu, kalian, kita semua terikat oleh amanah
Semangat pertanggungjawaban adalah akhir dari sebuah amanah

Ukhuwah menjadi perlabuhan
Sijjin menjadi cemeti lelah perjalanan
Takkan pernah mampu kulalui amanah ini jika kesendirian menjadi sebuah pilihan
Bersama melangkah kuatkan ukhuwah menjadi awal lahirnya semangat pertanggungjawaban
Bukan menjadi buih di lautan

Teruslah berlayar hingga Sang Nahkoda memutar haluan mengantarmu pulang
Pulanglah dengan bergembira atas illiyyin yang telah kau penuhi dengan kisah hiroikmu
Sesungguhnya orang-orang yang takwa itu akan benar-benar berada dalam kenikmatan
(QS. 83 : 22)

Batam, 2018

Tentang Penulis: 


Ulina Tesalonika. Jatuh cinta pada membaca pada 2017. Mencicipi puisi pada 2018, ketagihan hingga saat ini. Mimpi Sayang Penyair, 1% Hujan dan 99% Kenangan, bagian dari buku antologi puisinya.

















Tidak ada komentar