HEADLINE

Puisi Puisi Arief Rahmanto_"AKU DAN KAU KALA ITU"

Sulitnya menemukan ruang siar, terutama bagi sobat pendatang baru di kancah kesusastraan tanah air, mendorong SIMALABA untuk menyediakan lembar khusus bagi sobat Simalaba agar tak putus asa serta tetap semangat berkarya. Kirimkan karya sobat ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek SASTRA HARIAN (Mohon maaf, laman ini tidak berhonor)




AKU DAN KAU KALA ITU

Aku memarkir pikir di pinggir takdir
Bersama rasa binas4 mengangkasa
Dan keraguanku terhadap raguku
Diucapkan angin yang bersarang
Di nafasmu kala itu, kekasih.


MENYUSURI WAKTU

Saat sorot matamu
bersinar menujam
sanubari paling dalam
diriku, lalu muncul rindu.

Namun, rindu menderu
bersama gejolak cinta
meski digempur haru
dari bisikan angin
dan rintihan tanah
lewat udara kata.

Malam ini kau akan teringat
pelukan jarum jam yang menik4m
sudut-sudut langit rumah,
sesekali bergumam 
dengan mata terpejam.

Setelahnya, sepi ingin meniru
detak jantung bahasa kalbu
tanpa berpikir akan jadi abu
sebab sembilu menghangus
tubuh puisi yang tak mau bersaksi
di hadapan para penyair zaman kini.

Demikianlah, perjalananku menyusuri waktu
yang sering mengganggu tidur kalbuku.


PADA MALAM HARI ITU 

Pada malam hari itu
Aku mengunjungi sunyi
Dalam diri manusia
Lain, bertanya keadaannya,
Ketika ia mulai jenuh
Dan menjauh makin menjauh
Dari ruhku yang bergemuruh
Dari tubuhku yang merapuh
Sampai peluh-peluh jatuh
Menuju hidup yang pilu.


PESAN INI TELAH DIHAPUS

“Pesan ini telah dihapus” di layar seluler,
kata-kata ditarik demikian saja,
membuat seseorang penasaran,
lalu jarijemari yang menari
dengan mengetik satu per satu 
huruf-huruf yang tersedia, 
tanpa pernah terlintas di pikiran
menuliskan permohonan maaf.


TAK USAH

Tak usah bersungguh-sungguh menjadi aku.
Tak usah mengeluh untuk menjadi tangguh.
Tak usah keliru untuk menjadi baru.
Tak usah begini untuk menjadi begitu.
Tak usah membuktikan
bahwa aku mencintaimu.


DOA MALAM

Wahai mata malam yang terpejam,
berikan kami kegelapan 
agar hati tertidur sementara.


MALAM UNTUK PERINDU

Alangkah malam rasanya rindu,
ditalu haru menuju kalbu.
Selepasnya jiwaku tersungkur,
dan perlahan pun hancur lebur.
Menjadi debu bagi pendamba cinta
yang segera ingin bertemu kekasih,
meski di sepanjang jalan kenangan
hanya ada sosok bayangan sendiri.


Biodata :

Arief Rahmanto, saat ini sedang berusaha menjadi manusia di antara reruntuhan waktu. Masih menjadi seorang mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Tidak ada komentar