HEADLINE

AYAT AYAT SUNYI_Puisi Puisi Mauliya Nandra Arif Fani( Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.


AYAT AYAT SUNYI


Di kesunyian dunia para sufi
Aku melihat salju menafsirkan ayat-ayat suci
Air dan api mengagungkan nama Sang Ilahi
Juga sholawat untuk nabi yang hakiki

Batu-batu mengangkat tinggi doa di kalbu
Gunung di atas laut tenggelam dalam ilmu-ilmu
Alisnya sampai lebam membiru
Kepingan dinar tak mampu mengalahkan jihad yang syahdu

Sedang di sini aku hanyalah apa?
Dari pembangunnya yang hina
Hati penuh dengan besar dosa
Ilmu dan amal belum lagi melanglang buana

Auditorium utama IAIN Purwokerto, 1 Oktober 2018


YANG FANA

Waktu, jadilah akar sejarah
Dalam dunia yang penuh megah
Merubah segala ketidakmungkinan
Melepas segala ketidaktahanan
Di alam yang penuh fana,
ia membiarkan kucing-kucing berkelana
Di langit biru terbentang bianglala
Adalah dari itu kita bertanya
Tidaklah kekal semua yang ada
Letupan gemuruh di sana yang jauh,
jadilah ia pengantar mimpi dari yang gaduh
Tiada yang kuasa ingkar di sini
Akan fananya masa Sang Ilahi
Benarlah kata pujangga terdahulu,
“yang fana adalah waktu”

Perpustakaan IAIN Purwokerto, 25 September 2018



DALAM PUISIKU, KAMU

Dalam puisiku, kamu
Ayat-ayat digemakan
Butiran nafas dikembangkempiskan
Angin di pagi yang menyejukkan
Pun dibuat untukku berkesan-kesan
Aku tetap diam tanpa perasaan
Membiarkanmu jatuh ingin dibebaskan
Merintih luka dan bertahan

Dalam puisiku, kamu
Mendawaikan getaran nadi
Membahasakan isyarat jari-jari
Tanpa suara melafalkan sebuah arti
Tanpa lelah melukis jejak kaki
Menuju hati sanubari
Yang belum juga terketuk ini
Aku hendak berkarya banyak taun lagi

Pondok Pesantren Zam Zam, 23 September 2018



KUSURATKAN

Teruntuk hati di singgasana,
Cerita putih menggema di angkasa
Menyusup masuk di antara doa
Yang dilantunkan hingga menjelang senja

Untuk hati yang lapar,
Jagalah cahaya dengan sabar
Jangan sampai terkapar
Hingga dijemputnya menuju taman mawar

Semoga kau yang kusebut tanpa nama
Menjaga diri dan baik-baik saja
Di Lauhul Mahfuz tanpa tatap muka
Menyambut indah hari bahagia
Jadilah, dunia

Purwokerto, 9 September 2018



BAIT SEMESTA

Di sepagi ini, jalanan penuh air
Daun-daun yang basah,
Angin yang datang dari sungai
Semua menertawaiku
Menganggap kecil diri ini

Bahkan tujuh tangkai bunga yang menguning
Sempat mengejekku sambil cengengesan
Yang gagal menemuimu kini
Sebab hasta terlampaui panjang
Berderet-deret menghubungkan tiang-tiang listrik

Itu aku yang dahalu
Mengabaikan sepasang mata 
Mengacuhkan jari-jari yang siap menggandengku
Menartilkan setapak berpaku
Menjadikan tenang raga yang kaku

Malam ini jika hujan mereda,
Tidurlah di gugusan sinar-sinar purnama
Semangat esok dengan ayat-ayat syuhada
Biarkan aku menajwidkan semesta
Mendenyutkan lagu-lagu indah penyejuk sukma

Pondok Pesantren Zam Zam Purwokerto, 1 Oktober 2018



TAMAN TAMAN SURAU

Kepakkan kaki mengalun sampai ke surau
Ditimpa sinar emas penuh silau
Nafas dan nadi bergandeng melintas ranjau
Iman di hati tergugah dari menggigau
Tergusur dari galau

Mendengar setiap manisnya gurauan bocah
Dalam keriangan tak terarah
Langkah-langkah mungil menginjak sajadah
Hiruk pikuknya tidak kenal lelah
Agar hidupnya kelak sederhana nan mewah
Berkubang bersama dalam gaung pembawa berkah

Getaran merdu melebihi nyanyian cinta
Satu kata alif ba ta
Menjadi dongeng terindah sepanjang senja
Menjadi khas yang berselera
Tiada lagi jeritan di dada
Seakan lepas semua dari sakitnya

Taman taman surau kini berhias kelopak mayang
Terima kasih, anak-anak sayang
Membuat mataku remang-remang

Pondok Pesantren Zam Zam, 28 September 2018





TENTANG MELATI

Melati, putih berseri
Tumbuh di celah semak berduri
Genggaman putik di kepalanya
Mengangkat harkat derajat semata
Melati, harum mewangi
Tiada celah bagimu untuk mematahkan tangkaimu
Tentang angin senja dan pelangi
Membentang di cakrawala penuh mimpi
Shahabiyah si melati
Terbang menjelajah angkasa
Tubuhnya yang ringkih memudahkan angin membawanya
Hendak melanglang buana
Di negeri jauh rimba raya

Perpustakaan IAIN Purwokerto, 25 September 2018


PILIHAN YANG MENGHANYUTKAN

Bersama ini kukisahkan dua pilihan
Dengan pertemuan yang menganal kasta
Membumbung tinggi melewati batas ragu

Pagi yang bersahaja
Membawa ceria kicauan burung-burung parkit
menuju angkasa raya
gemilang sayapnya menerbangkan ribuan rindu
buat istri si pesetia di sangkar tercinta

Ada pula kisah si petang
berisi gerombolan burung angsa
sayapnya melingkar menutup awan
dengan lembut kaki berselaput itu menapak
mengalungkan pernak pernik di leher kesayangannya

Keduanya menjadi kisah satu arah
Bahkan yang ini pun bertumpuk
Pagi dan petang menjelma di antara bintang-bintang
Diam-diam masuk mengetuk pintu belakang
Biar istikharah pengisi titik-titiknya

Masjid IAIN Purwokerto, 10 Oktober 2018


Tentang Penulis:

Mauliya Nandra Arif Fani, lahir di Banjarnegara, Sekarang sedang menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto jurusan Pendidikan Agama Islam dan belajar menjadi santri di Pesantren Mahasiswa Muhammadiyah Zam Zam, Purwokerto. Saat ini, ia tercatat sebagai anggota di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto dan tercatat sebagai anggota Forum Lingkar Pena Banjarnegara.

Tidak ada komentar