HEADLINE

ALDI DAN PASAR MALAM _Cernak Umi Salamah (Semarak Sastra Malam Minggu)

SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU:  EDISI 12  2018

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), Cerpen dan Cernak untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam. Kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. (Berhonor dan akan diambil satu karya puisi untuk dibuat konten video)



Aldi termenung sambil mendengarkan radio. Mobil yang ditumpanginya terus berjalan. Masuk ke dalam pedesaan. Kicauan burung mengusik Aldi. Tangannya menyentuh kaca mobil. Tersenyum geli. Burung-burung itu mengikuti jalannya mobil.

“Aldi, kamu pasti akan bersenang-senang di sini. Banyak hal yang menarik di sini,” seru ayah. Dia memergoki Aldi bermain dengan burung-burung.

“Apa yang menarik dengan pedesaan?” tanya balik Aldi.

“Kamu akan mengetahuinya. Pasti,” jawab ayah. Tersenyum samar.

Aldi cemberut. Ayah tidak berterus terang padanya. Dia menjadi kesal. Ayah selalu curang padanya. Tidak memberitahu segalanya.

“Aldi, ayo bersiap. Sebentar lagi kita sampai,” perintah ayah. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan.

“Baik Ayah,” jawab Aldi masih dengan perasaan kesal.

Lima menit kemudian, mobil berhenti. Rumah bercat hijau dan halaman depan rumah yang luas. Rumah kakek serasi dengan warga sawah. Sawah sekarang masih berisi padi yang berwarna hijau.

“Cucu Kakek datang juga,” sorak kakek. Dia menyongsong kedatangan Aldi.

Kakek memeluk Aldi. Aldi menyambutnya dengan hangat. Pelukan kakek memang menyenangkan. Hangat, seperti pelukan ayah.

“Kakek sangat merindukanmu,” ucap kakek.

“Aldi juga merindukan Kakek,” jawab Aldi tersenyum.

Ayah tersenyum sumringah. Kakek dan cucu berpelukan mesra. Ayah bahagia Aldi bisa berdekatan dengan kakek tercinta.

“Ayah tidak merindukanku?” ucap ayah membuyarkan kakek dan Aldi.

Kakek dan Aldi melepaskan pelukan. Kakek mendekat kepada ayah. Menyentuh rambut ayah.

“Tentu ayah sangat merindukan putera tersayang. Bagaimana kabarmu Nak?” tanya kakek.

“Aku baik-baik saja Ayah. Seperti yang Ayah lihat,” jawab ayah bahagia.

Kakek memeluk ayah. Baru setelah itu mereka masuk ke dalam rumah. Rumah kakek yang teduh.

***

Aldi, ayah, dan kakek tengah menikmati lele bakar. Aldi sangat menyukai lele. Beruntung kakek punya tambak lele. Aldi bisa makan sepuasnya.

“Nanti malam ada pasar malam di lapangan desa. Kalian mau datang kan?” tawar kakek.

“Pasar malam? Wah, sudah lama tidak bermain di sana,” sorak ayah.

Berbeda dengan ayah, Aldi hanya diam saja. Bingung. Dia baru pertama kali mendengar istilah itu. Pasar malam? 

“Kalau begitu nanti malam kita pergi bersama. Kamu mau ikut kan Cucuku?” tanya kakek pada Aldi.

Aldi bingung menjawabnya. “Hmmm... Aldi pikir-pikir dulu.”

“Kenapa dipikirkan? Pasar malam itu menyenangkan. Ada banyak permainan di sana,” terang kakek.

“Permainan seperti apa?” Aldi mulai antusias.

“Banyak. Ada kereta putar, komedi putar, tembak hadiah, dan yang lainnya. Pokoknya menyenangkan.” Kakek sangat bersemangat.

Rasa penasaran Aldi hilang. “Oh begitu. Kalau itu di mall-mall juga ada. Aldi sudah bosan bermain semua itu.”

Kakek terdiam. Ayah menyikut pelan lengan Aldi. Aldi yang disikut hanya menatap bingung ayahnya.

“Aku tidak mau pergi. Di sana pasti membosankan, rengek Aldi.

Ayah menatap sekilas kakek. Kakek masih diam. Ayah khawatir kakek tersinggung. Dia pasti tahu kalau di pedesaannya tidak ada mall. 

“Aldi, pasar malam berbeda dengan mall. Di sana ada keistimewaan tersendiri. Kamu pasti akan ketagihan setelah satu kali ke sana,” bujuk ayah.

“Aldi tetap tidak mau ikut,” tegas Aldi.

“Ayah dan Kakek akan pergi. Kamu mau sendirian di rumah?” Ayah masih tidak menyerah.

Aldi terdiam. Dia takut sendirian di rumah. Apalagi rumah yang jarang dia tempati. Akhirnya Aldi terpaksa ikut pergi ke pasar malam. Ayah mengusap lembut kepala Aldi. Berjanji kalau Aldi akan bersenang-senang. Tidak akan ada kata bosan. Aldi tersenyum kecut.

Malam harinya, mereka pergi ke pasar malam. Aldi terpana dengan kerlap-kerlip lampu pasar malam. Ramai sekali. Aldi tidak pernah menyangka akan sebanyak ini. Orang-orang asyik bermain. Ada juga gerai-gerai yang menjual baju, celana, aksesoris, dan yang lainnya. 

“Aldi, kamu boleh bermain sepuasnya,” ujar ayah tersenyum.

Aldi bersemangat. Dia mencoba semua permainan yang ada. Permainan yang sudah berkali-kali dia coba di taman bermain atau di mall. Dia senang dan bahagia. Kebahagiaan yang berbeda. Bermain di pasar malam sungguh berbeda. Suasana malam hari dan teman-teman yang hangat. Sekejap dia mendapatkan banyak teman. 

“Aldi, kenapa kamu sangat senang sekali? Apa kamu baru pertama kali bermain di pasar malam?” tanya Bagus, teman barunya.

“Iya, ini pertama kalinya,” jawab Aldi.

“Pantas. Bagaimana? Kamu akan kembali lagi ke sini besok?” tanya Bagus lagi.

“Besok masih ada?” tanya balik Aldi.

“Pasar malam masih dibuka untuk satu minggu ke depan,” jawab Bagus.

Aldi tersenyum bahagia. “Aku akan datang lagi. Selama satu minggu ke depan.”

Bagus mengacak-acak rambut Aldi. Gemas pada sikap Aldi. Aldi malah berangkul bahu Bagus. Dia merasakan kebahagiaan yang tidak didapatkan di kota. Liburan kali ini sangat berarti baginya.


Kebumen, 1 Desember 2017


Tentang Penulis



Umi Salamah lahir di Kebumen, 21 April 1996. Menulis novel, cerpen, puisi, dan artikel. Karyanya termuat dalam berbagai antologi cerpen dan puisi dan di berbagai media cetak. Buku terbarunya Because You Are My Star (novel remaja kontemporer, Alra Media 2017). Ia mengaku pernah berguru dengan Ahmad Tohari. Umi tinggal di Dukuh Ganggeng Desa Tanjungrejo RT 06 RW 03 Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen.

Tidak ada komentar