JALAN MUSAFIR _ Puisi puisi Buday AD (Sastra Harian)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu)
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
JALAN MUSAFIR I
Bila peristiwa menjadi puisi dalam sepi hati
Maka kukatakan tentang keadaan yang paling hakiki
Dengan beberapa tangkapan imaji
Tertumpah dalam bait-bait paling suci.
Segalanya menjadi nyata
Tentang keadaan jiwa
Memberi isyarat dengan tubuh kaku
Dalam garis takdir mendekap tubuh.
Angin-angin berkisar di dasar muara sabar
Meluap binar-binar yang kekar
Tertanam dalam jalan musafir
Mencari ketenangan hulu ke hilir.
Haruskah menepi di keruhnya hati
Dengan beberapa penyakit yang menghampiri dalam diri
Selagi suara-suara menidih pada putaran hari
Kurambah setapak sufi dalam mencari jati diri.
Annuqayah,2019
JALAN MUSAFIR II
Di atas bukit
Lelah leluasa menyebut Tuhan
Tubuh lesu dari jalan yang panjang
Mendaki di beberapa keinginan
Menepis banyak hujaman-hujaman
Demi merangkul pertemuan.
Ingatlah!
Tuhan tak pernah kejam
Sebagaimana hamba-hambanya diuji sesuai dengan kemampuan
Memberi segala yang menjadi kemauan
Bilamana kita tak pernah menyadari
Dari beberapa nikmat yang Ia beri pada kami.
Annuqayah, 2019
MEMORANDUM
Kita pernah duduk satu meja
Membicarakan perihal cinta yang pertama
Dengan senyuman tanpa ada rasa bersalah
Ketika bercerita tentang mengingatku
Sampai kamu tak tidur semalam hanya ingin berjumpa.
Aku tahu kau benar-benar cinta
Tapi jangan sakiti dirimu dengan hal seperti itu
Karena tuhan yang menentukan semua kebutuhan
Walau kita tak pernah bersama di satu ikatan
Jangan pernah ada kata resah selama tuhan masih ada
Semuanya sudah menjadi takdir
Meski kau mengorbankan harta yang melambung tinggi
Semuanya akan sia-sia tanpa menghaturkan doa
Pada tuhan semesta.
Mari jangan pernah putus asa
Sebab semua akan sia-sia
Tanpa ada keyakinan pada diri kita,
Ingatlah
Kegagalan adalah pertama menuju bahagia
Walau airmata menjadi teman
Sebab, dirimu tak menunggu datangnya madu.
Annuqayah,2019
ELEGI DUKA
-Non
Pada malam yang pecah
Dengan kabar luka yang acap kali sesak di dada
Menetaskan embun di kelopak mata
Di antara dukamu yang nelangsa.
Sabarlah, Kawan
Dunia tak sesepi kau bayang
Masih ada aku sebagai teman berjuang
Mendoakan selagi masih terdengar
Dari perihal-perihal menyakitkan.
Kita tak pernah tahu
Bagaimana sembuh menjadi luk4
Bagaimana susah menjadi bahagia
Semoga kita tak terlibat dalam masalah
Agar astagfirullah menjadi alhamdulillah.
Annuqayah LS, 2019
KORUPSI
Kabar-kabar telah kurapal
Di kotamu sesak dengan kesal
Melaju dengan desing kapal
Sebagai kecewa aku tak tinggal.
Bukan lagi tempat menanam diri
Menyapu keruhnya hati
Sebab, engkau tak peduli
Lagi-lagi mementingkan pejabat tinggi.
Lihatlah! Orang-orang nestapa
Memanen airmata beragam peristiwa
Rumah, tak lagi kau rehab
Gedung-gedung aparat siap dihisab
Nyeri dengan keadaan yang terpungkiri
Tenang sebagai kau tanpa memikirkan konstitusi.
Annuqayah,2019
Tentang Penulis:
Buday AD,lahir di Pulau Tonduk Ra’as Alumni Mts Nurul Jadid sekarang tinggal di PP.Annuqayah Lubangsa Selatan (Padepokan C03R), bergiat di Sanggar Basmalah, Mangsen Puisi, Lesehan Sastra Annuqayah (LSA), dan kuliah di INSTIKA Prodi Tasawuf Psikoterapi.
Tidak ada komentar