HEADLINE

BAHASA DAN MEMORI PADA BAYI [Artikel Riyan Saputra]

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.comBeri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini juga memberi ruang bagi sahabat pemula dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor) Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.




Dari segi bahasa pada bayi boleh dikatakan bermula dari bahasa tubuh dan isyarat yang akan dimengerti oleh orangtuanya, Bayi ketika baru lahir sampai usia 4 bulan hanya mengandalkan tangisan untuk berkomunikasi dengan orangtuanya. Tangisan bayi bisa menjadi pertanda bahwa ia sedang lapar, sakit ataupun karena kondisi yang tidak nyaman, seperti popoknya penuh. Namun, tidak lama lagi, bayi akan mulai bisa memainkan lidah, bibir, dan langit-langit mulutnya untuk membuat suara kecapan atau degukan.

Dan pada usia 7 bulan ke atas, bayi sudah dapat mengeja bahasa dalam bentuk-bentuk huruf hidup pada akhirannya, contohnya; Ma, Pa. 

Jadi bahasa pada bayi ini, orangtua lebih baik memutarkan lagu anak-anak, sering berintegrasi pada bayi, dan sebagusnya sering-sering mengulangi beberapa kata benda kepada bayi.

Pada dasarnya faktor utama pada bayi yaitu otak, secara kognitif otak merupakan sebuah pusat sistem saraf. Dari segi memori yang dikembangkan oleh Piaget; perkembangan memori pada bayi bermula saat berumur 2 bulan, dari umur tersebut bayi sudah dapat mengingat apa yang dilihat, didengar, dan yang dirasakannya

Memori pada bayi dapat dikatakan dengan memori jangka panjang yang terpisah, tak heran pisahan dari memori jangka panjang yaitu memori eksplisit dan memori implisit.

Memori eksplisit adalah ingatan sadar, dan memori implisit adalah memori yang berkaitan dengan ketidaksaran

Bayi yang berumur 2 bulan sudah dapat mengingat apa yang ia lihat, dengar, dan ia rasakan. Dan bayi yang berumur 3-4 bulan sudah dapat mengenali wajah-wajah disekitarnya, seperti wajah orang tua, dan saudaranya sendiri. Jadi kita tak perlu heran pada bayi yang sering menangis pada umur 3-4 bulan karena bayi tersebut masih belum mengenali wajah-wajah baru yang ingin mengendong, maupun yang ingin menyapa.

Jadi memori pada bayi ini sangat berpengaruh atas apa yang mencerna ingatannya, apalagi pada usia 6 bulan ke atas, karena pada umur tersebut bayi sudah mengingat hal yang menjadi permanen pada memori.

Dari segi bahasa pada bayi boleh dikatakan bermula dari bahasa tubuh dan isyarat yang akan dimengerti oleh orangtuanya, Bayi ketika baru lahir sampai usia 4 bulan hanya mengandalkan tangisan untuk berkomunikasi dengan orangtuanya. Tangisan bayi bisa menjadi pertanda bahwa ia sedang lapar, sakit ataupun karena kondisi yang tidak nyaman, seperti popoknya penuh. Namun, tidak lama lagi, bayi akan mulai bisa memainkan lidah, bibir, dan langit-langit mulutnya untuk membuat suara kecapan atau degukan.

Dan pada usia 7 bulan ke atas, bayi sudah dapat mengeja bahasa dalam bentuk-bentuk huruf hidup pada akhirannya, contohnya; Ma, Pa. 

Jadi bahasa pada bayi ini, orangtua lebih baik memutarkan lagu anak-anak, sering berintegrasi pada bayi, dan sebagusnya sering-sering mengulangi beberapa kata benda kepada bayi.


Tentang Penulis:
Riyan Saputra. Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang

Tidak ada komentar