HEADLINE

KLISE LOKOMOTIF_Puisi Puisi Muhamad Kusuma Gotansyah


Sulitnya menemukan ruang siar, terutama bagi sobat pendatang baru di kancah kesusastraan tanah air, mendorong SIMALABA untuk menyediakan lembar khusus bagi sobat Simalaba agar tak putus asa serta tetap semangat berkarya. Kirimkan karya sobat ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com beri subjek SASTRA HARIAN (Mohon maaf, laman ini belum menyediakan honor)




KLISE LOKOMOTIF

Berdesakan dengan berbagai jenis manusia. Dengan berbagai jenis warna. Tujuh bahasa bergumul di telinga yang bercabang dua, tanpa takarir. Aroma ketiak dan 

kentut, atau deodoran. Koper gendut yang makan tempat. Rumah masih tiga belas stasiun lagi. Setelah pekerjaan, bos kep4r4t, gaji yang tidak kunjung masuk. Setelah 

sekolah sampai sore, guru-guru membual, nilai ujian di bawah KKM. Setelah sekali-sekali keluar dari sarang, menyapa matahari, benci keramaian. Semua kursi 

penuh, maka ada yang berdiri, berpegangan pada apapun. Seperti kaki, rel pasti juga lelah. Dilindas setiap waktu, memuai dan berkarat. Jam mati suri. Maghrib;

mengambang dan terabaikan. Pesan masuk di ponsel: cepat pulang, nak. Kereta;

tidak pernah sesentimental ini.

2018




JANJI SISWA


Belajar tidak belajar,
sekolah.

2018



SOMNIPHOBIA


Sembilan puluh enam jam dan
mata kembar siam tidak ingin
wafat. Matahari sudah empat kali
bangun pagi. Overstimulasi.

Tanpa ada mimpi—buruk maupun
indah—hidup tidak ada penutupan
Hidup seolah
seribu tahun. Koma tanpa lelap.

Duniawi. Menutup mata adalah
mengakui akhirat. Dan di Mahsyar
tidak akan ada yang mengantuk.
Tidak akan ada yang menguap.

Waktu bisu. Arloji, jam digital, pada
ponsel, pada laptop, pada lamunan.
Kesibukan yang menumpuk, atau
keisengan belaka. Nokturnal.

Tubuh akan mengurus. Hidup
akan tidak terurus. Tulang akan
keropos. Jantung akan demonstrasi.
Pikiran, kenangan, akan berjamur.

*

Tidak ada yang perlu dilupakan,
maka kamu tidak lekas tidur setiap
pukul sepuluh/sebelas malam. Kamu
tutup dalam mata yang buka.
Fana dalam mata yang baka.

Zaman berhenti, atau terhenti
—setiap kamu begadang.

2018


Tentang Penulis:


Muhamad Kusuma Gotansyah. Lebih dikenal dengan panggilan akrabnya yaitu Gotan. Lahir di Tangerang, 2002. Menetap dan bersekolah di Kuala Lumpur. Gemar bermusik, menulis, dan membaca. Beberapa karyanya berupa cerpen dan puisi pernah dimuat di media-media online seperti Litera dan Nusantaranews.

Tidak ada komentar