HEADLINE

Edisi Sabtu, 09 September 2017_ PUISI PUISI RIRI ANGREINI (Sumatera Barat)


EMBUN

Beningmu kian kilau
terpapar cahaya Illahi
yang turun ke bumi
hiasi hari
semarak hati.

Dedaun bersorak riang
dahaga lepas
oleh sapa lembut nan manja
meski jejakmu tiada
santun kasihmu dapat dirasa.

Bekasi, 09 September 2017.



ARTI SEBUAH NAMA

Sapa kami dengan sebutan Riri
Panggilan indah sarat makna
Di sematkan menandai darah
Biar beda di antara yang ada

Terlahir dari negeri yang sama
Ranah Minang ia ternama
Kaya adat dan budaya serta
Kuliner  yang menggugah selera

Kini kami saling jumpa
Dalam maya serasa nyata
Setiap hari saling sapa
Meski tanpa tatap muka

O_o baru ketahuan
Kamilah penebar kebahagian
Sesuai dengan arti yang dituliskan
Oleh mbah google yang ku_cek barusan

Bekasi, 08 September 2017.



JALAN PULANG

Di ujung senja taman kota Bekasi
Kita saling paparkan sekelumit kisah di hati
Tentang kepergian yang tak bisa dicerna kapan kembali
Menikmati hari penuh canda kasih

Kupandang langkahmu kian menjauh
Meninggalkan bangku taman dan aku
Ada riak pilu yang bergetar di dasar naluri
Benarkah ini nyata apa halusinasi

Sentuhan bulir bulir yang jatuh di halaman depan
Menyadarkan aku akan kenyataan ini
Kau telah lepas dari genggaman
Demi hidup lebih baik 

Pergilah....
Sejauh langkah kaki mengajak
Dan aku mohon, kembalilah
Kala rindu menggenggam tuk bersua

Bekasi, 6 September 2017.



TERSEBAB AKU PUTUSKAN

telah kuputuskan...
kuabadikan segala kenangan 
pada pigura air mata
biarlah ia menjadi derai hujan di kala mendung
memecah kaca langit

tiada guna kita geluti kepahitan ini
adanya buat jalan yang di lalui semakin samar
tertutup kabut senja
kala raja siang pulang keperduan 

tidak juga kau dan aku
menjadi tumpuan rintik
tetapi jua mereka
di sekitar kita

biarlah...
mencoba berlindung di bawah daun pisang
aku percaya jarum jarum kristal
yang menghujam perut bumi
akan ada akhirnya

Bekasi, 27 Agustus 2017.



SENDIRIKU UNTUKMU

Pahit getir mengalun di samudra paling hulu
riak riaknya mendendangkan kesyahduan
bayu kerinduan menghempaskan butiran lara
di bibir pantai paling gersang.

Hingga---

karang-karang hatiku yang berdiri kokoh
luluh lantak hancur melebur
merupa pepasir sunyi
hening seketika.

Tersentak aku oleh riuh dan merdunya
sapa dan nyanyian nyiur yang melambai
membujuk dukaku, bangkit dari tangis
yang  terdalam....

Kau---

adalah alasanku untuk tersenyum
bangkit dari kesepian
merangkul kembali mimpi
yang dulu terabaikan.

Sunyiku
milikmu.

Bekasi, 1 Agustus 2017.



Tentang Penulis

Riri Angreini berdarah Minang lahir tanggal 11Agustus di Padang Panjang, Kambang, Pes-Sel. Sumatra Barat. Anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Ibu Rosni dan Ayah Anasrul. Pernah menempuh pendidikan SD N.08 Padang Panjang, Kambang. SMP N. 04 Lengayang. Kambang. SMK N.1 PAINAN, Pes-Sel. Sumbar.
Masa kecil paling seneng ikut latihan tari daerah Minang seperti tari piring, Randai, dan ikut pementasan drama yang diadakan sekolah. Saat ini bertempat tinggal di Bintara Jaya ll, Bekasi Barat. Bekasi. Jawa Barat. Karya-Karyanya telah di terbitkan di www.wartalambar. com dan buku antologi bersama"GUGUS WAKTU".

Tidak ada komentar