HEADLINE

SEBAGAI AMUBU | Puisi Anjrah Lelono Broto |

SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU : EDISI 3 (2020)
Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi minimal 5 judul untuk dipublikasikan setiap malam minggu
kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com
subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU.
Apabila dalam 1 bulan naskah tidak dimuat maka dipersilakan mengirimnya ke media lain.
(karya yang dimuat diberikan honorarium)

SEBAGAI AMUBU

dalam satu kali dua puluh empat jam
aku adalah amubu di ladangmu yang hitam
mimpi meruah hasil panenan
mengikat takdir tanpa perlawanan

sebab satu kali dua puluh empat jam
aku pun menjadi saksi guttasi
air mengalir dari bibir hidatoda tanpa pejam
pada awal kejatuhan malam dan terbit pagi
; hingga bertumbuh sungguh
  keluh tertinggal jauh
  sebagai amubu

(Mojokerto, 2020)

SESAL UMUR

debur -- ombak sapu raut masa
hambur -- pasir titipkan khawatir
ternyata -- patik telah begitu renta
untuk -- lagi-lagi menggugat takdir

masih jauh jalan daki menuju -- gunung
lambai pisah telanjur dibalas sirip-sirip -- ikan
anafora menjelma gadis bertudung -- mendung
dunia jatuh dari stanza ke stanza, lepas pun -- enggan

aritmia -- seperti apa lagi mampu wakili
sesal -- akut pada diri
umur -- mengurung dalam labirin atropi
kalkulus – kian meninggi gegara testimoni di sajak ini

(Mojokerto, 2020)

NIR SINGGANG

ku punguti udara
di kerak pematang
tubuh tunggulku memerasnya
sekali lagi, ke sekian kali lagi,
diiringi embun menari

lalu kau datang
tak ampunkan
untuk sejengkal ruang
bagi kelahiran singgang
sampai mereka menemukanku
tunggul padi yang kehilangan
berdiri pandangi rona surya
kesepian nir singgang

(Malang, 2019-2020)

IN COGNITO

warna putih yang menyamar
  di sela rambut berkabar
    pak habibie telah wafat
      susul bu ainun di akhirat
        yang dulu bertikai sekarang seikat
           berbagi kursi -masa menjabat-
kincir waktu terus berputar
  membuka satu-satu yang tersamar
    memori serupa tudung saji
      piring-piring kosong bersembunyi
        berlomba dan berlomba menjadi koki
          demi kelahiran satu-dua narasi

(Wringinlawang, 2019)

Tentang Penulis
Aktif menulis esai, cerpen, serta puisi di sejumlah media masa. Di antaranya Media Indonesia, Lampung Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Radar Surabaya, Harian Surya, Harian Bhirawa, Banjarmasin Post, Surabaya Post, Surabaya Pagi, Malang Post, Duta Masyarakat, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Pikiran Rakyat, Nusantaranews, Jendela Sastra, IdeIde, Litera, Kawaca, Berdikaribook, Pojok Seni, Galeri Buku Jakarta, Roemah Cikal, Travesia, Magrib.Id, Jejak Publisher, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Kidung (DKJT), dll. Beberapa puisinya masuk dalam buku antologi bersama Pasewakan (Kongres Sastra Jawa III, 2011), Malam Seribu Bulan (antologi puisi Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, 2015), Margasatwa Indonesia (Lumbung Puisi IV, 2016), Klungkung Dalam Puisi (Dewan Kesenian Klungkung, 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Sang Perawi Laut (2018), Tamasya Warna (2018), Kunanti di Kampar Kiri (Hari Puisi Indonesia-HPI Riau, 2018), When The Days Were Raining (Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), dll. Karya tunggalnya adalah Esem Ligan Randha Jombang (antologi geguritan, 2010), Emak, Sayak, Lan Hem Kothak-Kothak (antologi cerkak, 2015),  “Nampan Pencakan (Himpunan Puisi, 2017), dan Permintaan Hujan Jingga (antologi puisi, 2019). Sekarang bergiat di Lingkar Studi Sastra Setrawulan (LISSTRA).

Tidak ada komentar