HEADLINE

RUBAIYAT HUJAN_Pusi puisi Firmansyah Evangelia (Sastra Harian

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula Dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.



RUBAIYAT HUJAN

Neng, kemarilah 
Duduk bersamaku, aku ingin bercerita tentang hujan
Yang bertandang di beranda jiwa paling baka
Bahkan, dengan diam aku belum paham
Bahwa nostalgia bintang di bibirmu, memancar pula di palung sorga.

Sejatinya, ingin kubangun jembatan panjang di tubuhmu
Melebihi kubangan hutan, tempat teduh meredam waktu paling taji bersamamu, sebelumnya kebisingan mengering mencipta keriangan di curam dada, menghempas segala yang hampir panas cemas membara tak kunjung ranggas
Hingga kertas-kertas rias, berserakan di pekarangan batinmu
Rapuh makna, lusuh kata-kata yang sempat kueja,
Dari diksi, majasku tenggelam di dasar ner4k4

Neng, pandangilah rumput-rumput yang menari di pulauku mentalbiahkan madah pada relung jiwamu yang hampir senja.
Neng, izinkan aku bermain kecipak air di tubuhmu
Menelan asin-tawar kesetiaan, agar buih-buih dari resah tak menjumpai kota gelisah. Neng, Bolehkah kuterjemahkan emosi gelombang di jantungmu yang cukup gersang, agar tak pernah ada sebuah pagar, untuk ikan-ikan bermain jumpalitan, sebab bilamana ia tak ada, maka lenyap  pula kisah kesaksian air mata diantara kita. Neng, ingin sekali ku tafsir parau desah ritmis tangis dari kemarau, sekedar meretas gemuruh nyala angkara murka di mataku, menebas luka-luka yang berkecamuk di cakrawala. Neng, kini engkau tinggal menunggu, dari perjalanan yang kutempuh, untuk sampai ke pelaminanmu.

Annuqayah,2019


MENGENANGMU, GURU
;ust. Hendriyadi

Ritmis tangis paling deras di mataku, adalah tragedi mengenangmu guru, apalagi yang mesti kupinta pada Tuhan, pabila sejatinya tubuhmu telah telentang pasrah di tanah, mengalirkan sejuta resah yang rekah di dada, lalu kuhirup dan ku nikmati desir harum semerbak kain kafanmu, guru aku mohon maaf guru, tak sempat membacakan surah- surah Yasin di depan pemakamanmu, hanya saja aku bisa mengalirkan segelintir dzikir dan surah-surah kecil dari penjara suci. Kini, gemetar sudah sekujur tubuh, rahim kesadaranpun lahir di kerut d4r4h, tentang perihal dosa-dosa yang sempat ku cipta padamu waktu dulu, tapi untuk musim ini, ingin kucium berkali-kali tanganmu, memohon permintaan maaf padamu, sebab pada hakikatnya,makin lama semakin larat dan memberat, serupa merangkul kota-kota di kepalaku, Aku ingin mencoba melepasnya, walau dahaga dari luk4, adalah tubuhku paling sempurna guru, tubuh ini telah kerontang bahkan habis memasung waktu paling taji di batinku, aku ingin tumpahkan segala air mata, air mata yang akan menjelma permata pertaubatan padamu. guru, izinkan muridmu ini menaburkan sekuntum bunga bunga di batu nisanmu, agar meski aku tak sempat berwaktu bersama, hanya saja, aku ingin menghaturkan doa-doa serta mengalirkan air jernih cukup sejuk ke sekujur tubuhmu, dengan kesaksian tabah dan pasrah, aku ingin berpesan pada malaikat:
"Munkar, Nakir, kutitip guru padamu, berikanlah tempat keistimewaan padanya".

Annuqayah 2019


KEPADA KEKASIH

Jangan pernah bertanya: tentang sajakku yang terluk4
Tanyakanlah: luk4 ini sebab siapa?
Kasih, aku terlanjur menikmati senyum di bibirmu, aku terlanjur meresapi tatap matamu, bahkan aku berlebihan memuja rembulan yang berdiam di pipimu, sebab penghianatanmu, mencipta kemarau paling ganas berkepanjangan, ataukah mungkin, aku sudah menjadi api di matamu, kerap mengasah panas, dan kobar bara tak kunjung ranggas. kasih, surut sudah sungai-sungai di belantara jiwaku, tinggal kerikil dan batu batunya yang tersisa. Terima kasih luk4, atas risalah dan kediamanmu di curam dada.

Annuqayah,2019


NYANYIAN KODOK DI TEPI SUNGAI

Aku resah dalam tanya, kodok bernyanyi buat siapa?
Cukup mungkin kuterjemahkan saja,tentang kegirangan dan keresahanmu, pencipta penantian di bibir sungai, nostalgia inikah, yang telah menjadi kisah dan sejarah di lekuk mataku yang paling dalam?.

Annuqayah, 2019


RISALAH BULAN MUHARRAM

Bismillah, dengan ucap paling baka, aku bersaksi pada Tuhan, bahwa semenjak kehadiranmu, ialah terang bagi kelam yang kerap meredam di ringgis sajakku. Selamat datang di negeriku, negeri yang ku beri nama: lapang dada. apalagi yang mesti harus kutuangkan, bilamana gelas- gelas telah pecah di mataku, dan aku, hanya bisa mengasah resah, langkah awal untuk melangkah. Sebab, gelora suci dari tanganmu, mengirim air deras, menyuburkan ladang dan tembakau-tembakau iman di batinku.

Annuqayah, 2019

KASIDAH AIR MATA
;Teruntuk Neng Ozara

Selamat malam luk4, selamat hijrah ke hatiku
Apalagi yang semestinya hendak kututupi berkali-kali pada sepi
Bilamana sekuntum mawar di tubuhku, perlahan gugur
Mengering dedaunannya, sebab penindasan kemarau
Tak henti-hentinya kau kirim dari senyummu
Bahkan, seratus duri-durinya
Pasrah menancap di curam dadaku. 

Terima kasih luk4, perih yang kau wasiatkan padaku
Telah sempurna menjadi riuh dan debur  lautan
Lebih pasang dari riak maritim, menghempas segudang harapan
Serta memecahkan jembatan panjang di otakku.

Sebelum waktu makin berlalu
Aku berharap padamu
Hargailah perasaanku
Sebagaimana kau mengerti perasaanmu sendiri.

Ozara, ini kali aku bersaksi
Bahwa semenjak mencintaimu
Aku lupa cara hidup yang sebenarnya.

Ozara, harus dengan apa pula ku tatap langit di dadamu 
Manakala sesal mendung di mataku
Menjelma kemarau paling ganas di kepala.

Ozara, apakah aku harus ingkar pada sunyi
Biar tetas dari ayat-ayat air mata
Mencipta sungai dangkal di matamu
Agar segalanya bisa kau larungkan
Pada resah yang paling rekah di ceruk-ceruk jiwa.

Ozara,aku sempat ingin berlari dari hikayat
Sebab gurindam kata-kataku
Semakin ranggas tak lagi ganas diksi-diksinya.

Ozara, Mungkin begini saja, jalan terbaik diantara kita 
Adalah menjauh paling sempurna.
Tapi, ada  kemungkinan lain
Aku terlalau yatim untuk mencintaimu
Sebab ayah dari rasaku
Telah pergi paling dahulu.

Aku mohon maaf, Ozara
Jika suatu saat, aku pamit meninggalkanmu
Lalu, kuserahkan kado kecil untukmu
Sebagai pemberian terakhir kali dan selama-lamanya.
Tetapi sebelum itu, aku titip sebotol d4r4h padamu
Mungkin engkau akan menyimpan seribu tanda tanya tentang darah itu?
Sebelum kau Tanya, Aku jawab paling dahulu:
“d4r4h itu akan menjadi saksi,bahwa aku pernah berjuang mencintaimu, 
 meski perihal kegagalan yang sempurna ku capai”.

Maka, cukup ku terjemahkan sekarang
Bahwa hakikat musim yang bertahun-tahun kugenggam
Adalah kegagalan mencipta hujan di tubuhmu.

Annuqayah, 2019



RISALAH RINDU di PERANTAUAN SUNYI
;Teruntuk Neng Al-qamariyah

“Jika merindukanmu adalah overdosis,
 Maka aku adalah orang pertama kali yang akan menderita”

Jujur saja, kasih
Setiap kali kuserap ataupun kunikmati bising sunyi
Disitulah, lahir pula rahim wajahmu
Entah, peristiwa apalagi yang Tuhan haturkan?
Aku masih tetap tak mengerti
Tentang perihal sakral di kedalaman malam.

Mungkin aku sudah benar-benar gila, kasih
Ataukah sebab wajahmu ialah gurindam tunas kata-kata
Tak henti-hentinya menderu di otakku
Terus melaju, hingga sampai nafas waktu
Sesak arah di pertengahan musim.

Pahamilah, kasih
Tentang hikayat kisahku menjadi gila seperti ini
Hanya untuk mencintaimu
Bukan untuk menjadi orang yang paling hina di mata lain.

Annuqayah, 2019

Tentang Penulis :

Firmansyah Evangelia. nama pena dari Andre Yansyah , lahir di pulau giliyang ,aktif di beberapa komunitas , di antaranya: PERSI (penyisir sastra iksabad ), LSA (lesehan sastra annuqayah) , Ngaji puisi, Mangsen puisi , Sanggar kotemang, poar ikstida. Beberapa karyanya pernah di muat di : Radar Madura, Nusantara News. Buku puisinya : Duri-duri bunga mawar (FAM publising 2019) saat ini sedang nyantri di PP. Annuqayah daerah lubangsa serta menjabat sebagai ketua Persi ( penyisir sastra iksabad) 2019-2020, pernah menjuarai lomba teater se- Jawa Timur di Surabaya.

Tidak ada komentar