HEADLINE

PEREMPUAN YANG SERING KUSEBUT_Puisi puisi Aidi Makmun(Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi media Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI. Program ini untuk memberi ruang bagi sahabat pemula Dalam dunia sastra agar tetap semangat berkarya (Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.


PEREMPUAN YANG SERING KUSEBUT

Teruntuk Nah
Dengan lirih aku sebut namamu
Di belantara malam tanpa rembulan yang rekah di bibirmu
Aku tak pernah ingin ada yang mendengar namamu selain Tuhanku,
‘Pabila hanya mencipata nestapa
Yang sering aku sulam menjadi senyum di pagi buta
Agar tidak ada luka di akhir senja
Yang mesti aku nikmati sembari melukis namamu di dalam hati
Yang tak pernah ingin berhenti
Merindui rembulan yang rekah di bibirmu
Walau hanya lewat mimpi.

Lubsel, 2019


TAKA-TIKI RINDU

Di antara pekat malam, ada rindu yang mesti aku bayar dengan sua
Atau dengan diksi berupa puisi,
Agar kau benar-benar abadi meski sebatas mimpi.
Mesti aku ingatkan lagi kau memang tercipta
Di antara deretan diksi pada puisi yang tak mungkin mati
Meski tanpa urat nadi.
Sebab, puisi dan namamu terpahat rapi pada lukisan
Di kanvas mini di pojok kamar bernama sepi.
Mesti aku ingatkan lagi.
Ada rindu yang mesti aku bayar meski dengan diksi
Agar tidak ada luka pada hati,
Karena rindu yang mesti kita nikmati.

Annuqayah, 2019




BILA ENGKAU BERTANYA


Bila kasih sayangmu adalah air yang mengalir dalam jiwaku
Maka tubuhku adalah samudra tempatmu.
Bila engkau bertanya
Apakah aku menyanyikanmu?
Itu adalah rahasiaku dan Tuhanku
Sebab, engkau tak perlu tahu
Cukup rasakan saja puisiku mengalir bersama darahmu.
Bila engkau bertanya
Apakah engkau hidup dalam puisiku?
Maka akupun tak perlu menjawab
Lantaran engkau adalah diksi dari puisiku.

Lubangsa Selatan, 2019


Tentang Penulis:

Aidi Makmun,bergiat di Sanggar Basmalah, sekarang masih siswa MAI Annuqayah serta nyantri di PPA. Lubangsa Selatan.

Tidak ada komentar