HEADLINE

SEKELEBAT PERCAKAPAN ANTARA PUISI DAN PENULISNYA_Puisi Puisi Andi Evan Nisastra (Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 4 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) 
kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)
Redaksi berhak menyunting naskah yang masuk
tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.



SEKELEBAT PERCAKAPAN ANTARA PUISI DAN PENULISNYA

Betapa erat sebuah puisi
Kala diikat pada diriku di antara jarum waktu
Aku yang tak mungkin bertanya, ’mengapa?’
Menjadikanku betah bersamanya
Betah bermain kata
Mencampuri makna-makna
Lalu, puisi yang baru kutulis itu berprasangka
Dari arah mata rasa apa ia teramal-cipta?
Rindu, kesal, perih, suka atau lukakah ?
Aku diam dalam kalimatku
Tidak untuk mencari jawaban duka
Tapi untuk menjawab setiap pertanyaan yang nyata
Disaat tertentu berpuluh bahkan ratusan huruf berdesak
Merebutkan ruang pada puisiku
Kulerai mereka diantara bait-baitku
Dijajarkan pada baris sajak-sajakku

Sungguh betapa erat serimbun puisi
Ketika dibenam diriku dalam waktu
Pertanyaan yang tak kunjung usai terjawab
Memaksaku tetap duduk menatapnya
Tetap menyepakati ranum kata-kataku sendiri

2016


SEPARUH JAGAKU


Pada separuh waktu yang menjagaku dan kujaga
Telah kulilitkan rasa syukur
Diantara teguh jaring besi
Menyulam lega dalam bilik sanubari
Begini harapku terajut
Walau tanpa seluruh perhatian pada sumber mata air pengetahuan
Aku bahkan masih menikmatinya
Hingga matahari menjalar luas langit

Pada separuh waktu yang menjagaku dan kujaga
Kata lelah telah terbenam
Impian yang mengisi dinding cita
Biarkan ku tancapkannya pada ruang sepi
Agar tetap menjagaku
Dan Kujaga
Di seluruhanmu, waktuku

2018


MIMPI WAKTU


Maka ketika angin mimpi menjamah
Pada semangat yang kian layu
Menyeret hati tuk pergi
Merobek- robek peduli
Kau masih genggam waktu
Pada titik-titik harapan yang tak berarti

Sunyi meregang nadi
Pada bait-bait diri yang mati
Menjamah akal
Sambil meniti ayat-ayat waktu
Memeras luhurnya cita pada irama busuk
Bagaimana kau pulang jika sadarmu telah kau taruhkan
Jangan lagi kau ulangi
Jejak-jejak salah yang kau pijak
Di sisa waktu musnah genggammu

2017

TANYAKU


Apakah pantas kupungut lagi pecah-pecah jantung yang berserak
Lalu kurawatkan untuk kembali dirangkai bersama gugup
Alangkah deras bodoh jiwa layakku ini
Jika mengalirkan tanya saja
Tak ayalnya meruntuhkan tegak jantung
Apa bisa begini
Maka hatiku tak henti jatuh
Merujam buku tahuku
Dan jika sunyi menghembus lagi
Biar aku tetap memeluk tahannya di sini

2018

RINDU


Pagi hari kukenakan pakaianku yang basah terkena rindumu
Sambil berharap dinginnya rindu akan hilang dijemput hangat matahari hari itu
Siang hari pakaianku sudah kuganti
Hanya rinduku padamu yang tak pernah pergi
Dan ternyata tubuhku sudah menyerap rindumu yang tak mati tanpa henti
Jadilah rindu itu bercammpur dengan pikiranku tentangmu dalam urat nadi
Dari waktu ke waktu
Rinduku membatu padu dalam bisu
Beku rinduku selalu menyeru namamu dalam kepalaku
Berderu-deru pada beribu jejuru waktu

Dari rindu ke rindu
Sungguh aku mencintaimu yang belum tentu milikku
Mencintaimu
Yang kuharap memilihku
2017


Tentang Penulis: 

Andi Evan Nisastra adalah mahasiswa UIN Walisongo, jurusan Ilmu Falak. Beberapa puisinya terhimpun dalam antologi puisi bersama antara lain : Rindu yang Belum Tuntas (Sabana Pustaka, September 2016), Dibalik tulisanku aku bercerita (CV. SAWEU Pena Publisher, desember 2016), Hujan (Indie Digital Media Publishing, 2016), Melayang-layang (Oase Pustaka, Januari 2017). Dan juga terdapat dalam Majalah Iflah dan Literasi. 




Tidak ada komentar