HEADLINE

PERMAINAN BERBAHAYA_Cernak Irfan Hawary (Semarak Sastra Malam Minggu)

SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU:  EDISI 8  2018


Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), Cerpen dan Cernak untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam. Kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. (Berhonor dan akan diambil satu karya puisi untuk dibuat konten video)

Redaksi juga menerima tulisan untuk diterbitkan setiap hari (selain malam minggu), kirim karyamu ke e-mai: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA SETIAP HARI. (Belum berhonor)



Jika pulang dari  sekolah, Hana jarang  berada  di rumah. Biasanya ia bermain bersama Leli. Tapi Leli hari ini tidak ada. Ia pergi ke rumah sakit. Katanya Pamannya sakit.

***

Besoknya, Leli datang ke rumah Hana. Hana begitu senang.

"Oh, iya Paman kamu kenapa sampai dirawat  di rumah sakit?" tanya Hana.

"Oh, Paman Rido? Pamanku ginjalnya rusak. Kata dokter karena jarang minum ," 

"Kurang minum?" tanya Hana memastikan.

"Iya,tapi sekarang sudah ada di rumahnya kok," ujar Leli.

Hana bergidik ngeri. Kesehariannya ia jarang minum. Ia malas jika  harus bolak-balik ke toilet. Karena mendengar ucapan Leli. Hana ingin membiasakan banyak minum.  

"Kenapa kamu malah  bengong? Yuk kita berangkat!"

ajak Leli. Hari ini mereka berencana untuk bermain ke komplek Paman Rido.

Ternyata menyenangkan juga bermain rame-rame dengan anak-anak lainnya. Banyak juga orang yang menjenguk Paman Rido, anak seusianya yang datang juga banyak. 

Mereka mengajak Hana untuk bermain petak umpet. Ia begitu menyukainya. Sayang ia  mudah ditemukan.

Hana tidak tahu harus bersembunyi dimana. Saat melihat sebuah mobil yang terparkir. Hana merasa  mendapat ide untuk bersembunyi di bagasi. Kebetulan pintu bagasi tidak dikunci. Hana masuk ke bagasi itu dan menunggu. Di dalam bagasi waktu terasa melambat. Mungkin hanya perasaannya saja.  Apakah ia akan mudah ditemukan? Semoga saja kali ini ia menjadi yang terakhir ditemukan.

Saat Hana merasa bahwa tempat persembunyiannya tidak mudah ditemukan.  Mobil yang ia tumpangi bergerak. Hana mulai panik. Lalu ia memukul-mukul bagasi dari dalam dan berteriak . Tapi mobil itu tetap melaju.

Hana mencoba mendorong bagasi itu. Tadi Hana  menutupnya. Jangan-jangan bagasi itu langsung terkunci dengan sendirinya?  Bagaimana ini?

Hana merasa resah.

Apa yang harus ia lakukan? Ia mencoba memukul-mukul kembali bagasi itu tapi mobil tetap melaju. Tiba-tiba mobil itu bergerak melewati jalanan berlubang. Membuat Hana yang berada di dalam mobil  terloncat. Tanpa sengaja kepalanya terantuk bagasi membuat  kepalanya sakit. Lalu kepala Hana terantuk  lagi. Hana mulai khawatir perjalanan itu akan terus seperti itu.

Sejak pulang sekolah Hana ingat belum makan. Perutnya keroncongan, tanda ia kelaparan. Belum lagi  udara di dalam bagasi terasa sesak. Semakin  sesak.

Hana menggedor-gedor lagi bagasi mobil tapi tetap saja mobil melaju bahkan semakin kencang! 

Tidak!

Bagaimana mungkin suara gedorannya tidak terdengar? Hana mencoba tenang. Samar-samar ia mendengar suara musik. Ah, itu pasti dari mobil. Pasti pengemudi mobil tidak mendengarkannya karena tertutupi suara musik!

Hana khawatir jika ia akan pingsan atau mungkin akan men1ngg4l. Bagaimana ini? 

Setelah beberapa kali menggedor-gedor bagasi tanpa hasil Hana hanya bisa pasrah dan mulai berdoa. Semoga pengendara mobil segera menyadari keberadaannya. 

Udara yang ia hirup membuatnya pusing. Hana tidak punya ide  lagi untuk menyelamatkan diri.

Hingga kesadaran Hana mulai hilang.

***

Hana pikir ia sudah berada di surga. Karena tadi ia merasakan sakit yang membuatnya tidak sadarkan diri. Tapi kepalanya masih pusing.  Tidak mungkin ia sakit kepala jika berada di surga. Hana yakin  masih hidup.

Tapi dimana  ia sekarang? 

Hana menyadari ia berada di kamar.

Jam berapa ini? Berapa lama ia tertidur?  Ia khawatir jika sudah malam. Ibunya pasti akan panik.

"Kamu sudah bangun?" ucap seorang wanita yang memperkenalkan diri  sebagai Tante Desi. 

Jawaban itu ingin Hana ucapkan, Tapi ternyata ucapannya tidak keluar. Hana terlalu lemah. 

"Kamu makan dulu ya!" ujar Tante Desi.

Ia hanya bisa mengangguk.

"Apa yang kamu lakukan di bagasi mobil?" ucap Tante Desi saat Hana sudah terlihat kembali bertenaga.

Malu, itulah perasaan Hana. Tapi ia harus jujur. Tidak ada pilihan lain. Lagi pula Tante Desi orang yang baik, buktinya ia sudah ditolong. 

Maka Hana bercerita tentang kejadian sebenarnya hingga ia berada di bagasi.

"Oh, jadi kamu sedang bermain petak umpet?" 

"Iya Tante, maafkan saya karena masuk ke bagasi tanpa izin," ucap Hana. Ia takut Jika Tante Desi memarahinya.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Jangan diulangi kembali kesalahan yang sama ya!" kata Tante Desi.

Hana mengangguk. Ia berjanji tidak akan masuk lagi ke bagasi tanpa izin. Hana lega Tante Desi ternyata tidak marah.

"Perjalanan dari rumah Tante ke tempat Hana lumayan jauh. Karena sekarang sudah begitu malam. Tante akan menghubungi keluargamu dulu. Besok kita berangkat ke rumahmu pagi,"

Hana kembali hanya mengangguk. Ia sudah terlalu malu untuk berbicara.

***

Hana kembali diantarkan Tante Desi ke rumahnya. Ibunya ternyata sudah menunggu di rumah dengan cemas. 

Hana berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Agar Ibunya tidak mengkhawatirkannya. 


Tentang Penulis

Irfan Hawary, lahir di Ciamis , 12 januari  1990. Tinggal di Gg Titiran no 24. RT 02 RW 01, Rancabali Kulon. Kel muka kec  Cianjur, Jawa Barat, ia kini aktif di Komunitas Pembatas Buku Jakarta.

Tulisannya dimuat  dalam antologi:  Imajinasi januari (Penerbit Pena House), Dan sahabat kunang-kunang (Penerbit Storypucino Publisher). Juga pernah dimuat Joglo Semar, Lampost, Singgalang, Padang Ekspress dan Solopos. 

Tidak ada komentar