HEADLINE

MEMBUAT HASTA KARYA_Cernak Agus Yulianto (Semarak Sastra Malam Minggu)



SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU:  EDISI 11  2018

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 7 judul), Cerpen dan Cernak untuk dipublikasikan pada setiap sabtu malam. Kirim karyamu ke e-mail: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SEMARAK SASTRA MALAM MINGGU. (Berhonor dan akan diambil satu karya puisi untuk dibuat konten video)

Redaksi juga menerima tulisan untuk diterbitkan setiap hari (selain malam minggu), kirim karyamu ke e-mai: majalahsimalaba@gmail.com, beri subjek SASTRA SETIAP HARI. (Belum berhonor)



Suara azan salat asar telah berkumandang dari musala Muhajirin di desa Ngargoyoso. Para warga bergegas untuk segera menunaikan ibadah salat Asar. Tidak terkecuali Asep, Ari dan Soli. Mereka tidak pernah melupakan kewajiban menjalankan salat lima waktu. Mereka berdua berjalan menuju musala bertemu dengan ustaz Agus.

“Asep, Ari,dan Soli jangan lupa nanti habis salat bantu saya membuat hasta karya untuk adik-adik yang belajar mengaji”,  pinta Ustaz Agus selaku guru ngaji mereka.

“ InsyaAllah ustaz”,  jawab Asep.

 Musala Muhajirin tidak pernah sepi dari jamaah salat. Hampir setiap waktu selalu penuh.  Sehabis salat Ustaz Agus selalu memberikan tausiah kepada para jamaah.  Tausiah selesai para jamaah meninggalkan musala, ada juga yang masih asyik mengobrol di musala. 

Para santri mulai berdatangan menuju musala untuk mengikuti kegiatan mengaji. Ada yang masih diantar oleh orangtuanya dan ada yang sudah berani berangkat sendiri. Hal  itu tidak menjadi masalah buat Ustaz Agus, dengan begitu orang tua  masih peduli dengan kegiatan mengaji. 

Setelah para santri berkumpul di musala kegiatan mengaji sore ini dimulai. Begitu juga dengan Asep , Ari dan Soli ikut membantu mengkondisikan para santri yang lainnya. Maklum, mereka terbilang yang paling besar di antara santri yang belajar mengaji. Rata-rata yang mengikuti kegiatan mengaji anak-anak yang masih duduk di PAUD sampai sekolah dasar.

“Assalamu’alaikum wr.wb.”, Ustaz Agus membuka kegiatan mengaji sore ini dengan mengucapkan salam. 

Para Santri dengan serempak menjawab ucapan salam. Sebelum kegiatan mengaji dimulai di awali dengan membaca doa belajar. Semua santri mengikuti bacaan yang disampaikan oleh ustaz Agus. Setelah  berdoa dilanjutkan dengan kegiatan tausiah. Tema tausiah kali ini tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua atau birul walidain.

Para santri mendengarkan apa yang di sampaikan oleh ustaz Agus. Meskipun masih ada beberapa santri yang  asyik bermain sendiri. Begitu juga dengan Asep, Ari dan Soli  memperhatikan dengan sungguh-sungguh. 

“Santriku, sebagai anak yang baik jangan lupa sehabis salat senantiasa mendoakan orang tua kita.  Supaya mereka selalu di sayang oleh Allah swt”, jelas ustaz Agus.  

“Lalu, bagaimana doa untuk kedua orang tua?” ustaz Agus  mencoba memberikan pertanyaan kepada para santrinya. 

Secara serentak semua santri melafalkan  doa beserta artinya untuk kedua orang tua “Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa, artinya Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

***

Setelah  memberikan tausiah kegiatan membuat hasta karya dimulai. Asep, Ari dan Soli ikut membantu menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Kali ini membuat tempat permen dari kardus. Bahan yang digunakan sangat ramah lingkungan, seperti  kardus karena bahan kardus mudah untuk di dapat. Selain itu memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai. 

Para santri sudah membawa peralatan yang dibutuhkan. Ustaz Agus memperagakan cara membuat tempat permen dari kardus di depan para santri. Mereka diminta untuk memperhatikan. Asep, Ari serta Soli mendampingi para santri dalam membuat hasta karya. 

Bahan-bahan utamanya adalah Kardus bekas. Untuk alat-alat yang di siapkan yaitu penggaris, Cutter, Varnish Kayu dan lem kayu. Ustaz Agus memulai membuat hasta karyanya. 

“Coba perhatikan cara membuat tempat permen dari kardus langkah yang pertama:  Kardus  dipotong secara memanjang dengan ukuran lebar 1,5 cm hingga 2 cm sebanyak 15 buah. Kardus dipotong searah dengan serat bagian dalam, untuk langkah pertama sudah jelas semua”, tanya ustaz Agus

Para santri pun ada yang sudah jelas ada juga yang belum paham. Tugas Asep, Ari dan Soli yang membantu santri yang belum paham.

 “Kalau begitu sekarang kardus kalian mulai di potong seperti apa yang ustaz tadi sampaikan”, ustaz Agus memberikan pengarahan sambil  mengamati   santri-santrinya ketika memotong kardus. Sesekali ustaz Agus membantu  membetulkan cara memotong kardus yang sesuai dengan yang di sampaikannya tadi. Ada yang sudah rapi memotongnya ada juga yang masih belum rapi. Tapi, itu tidak menjadi masalah. Yang penting mereka berani mencoba.

Setelah mengecek satu persatu, maka di lanjutkan langkah selanjutnya yaitu kulit kardus bagian luar di kelupas secara perlahan-lahan.  Sehingga bentuknya  seperti genting rumah, bergelombang. Para santri diminta untuk berhati-hati jangan sampai sobek baik itu bagian dalamnya maupun gelombangnya. Kemudian potongan kardus yang telah di bersihkan diambil di buat lingkaran seperti membuat roda. Jika potongan sudah sampai ujung, kemudian disambungkan dengan potongan lain dengan menggunakan lem kayu. Jika semua sudah tersambung, bagian tengahnya ditekan sehingga berbentuk seperti mangkuk. Ustaz Agus dengan begitu sabar memperagakan cara membuat hasta karya itu di depan para santrinya. 

Langkah demi langkah sudah jelaskan oleh ustaz Agus.  Meskipun melelahkan namun tidak terasa. Sama halnya dengan Asep dan Ari mereka juga ikut mencoba. Sedangkan Soli membantu santri yang masih belum bisa. 

***

“Ternyata asyik juga  membuat hasta karya”, kata Soli yang saat itu masih sibuk memperbaiki salah satu hasta karya santri.

“Jadi belajar ngaji itu tidak melulu baca Al-Qur’an akan tetapi, kita juga bisa belajar yang lainnya”, celoteh  Asep yang hasta karyanya sudah jadi pertama kali. 

Kegiatan membuat hasta karya sudah usai. Para santri yang belum dapat menyelesaikan diminta untuk dilanjutkan di rumah. Para santri kembali ketempat duduknya berjajar dengan rapi. Usai berdoa mereka berbaris dengan rapi ketika mau pulang. Tidak lupa mencium tangan ustaz Agus sebagai tanda menghormati seorang ustaz. 


Tentang Penulis


Agus Yulianto, tinggal di dusun Ngemplak RT 2/2, Suruh, Tasikmadu, Karanganyar Jawa Tengah. Suka menulis puisi, cerpen, cernak, dan esai. Tulisannya pernah dimuat di harian Umum Solopos, Majalah Simalaba on line, Sultrakini.com. Flores sastra, Harian Umum Joglo Semar, Majalah Pemkab Intan Pari dan lain sebagainya. Tulisannya juga masuk dalam buku-buku antologi baik puisi, cerpen, dan esai. Kini mengajar di SD IT Semesta Cendekia, Jaten Karanganyar. Bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Karanganyar dan Komunitas Sastra Kamar Kata Karanganyar. 

Tidak ada komentar