HEADLINE

DUKA LOMBOK HARI INI_Puisi Riduan Hamsyah


DUKA LOMBOK HARI INI
(klk untuk menonton video puisi di atas)

Denyar itu memukul jantungmu
dengan 7 skala richter
gemetar bumi tua ini, menerabas laut
dan punggung sebuah gunung.
Menjadi konser menakutkan
berdegub, berkejaran, saat kita lengah
malam belum ke tengah.

Kemudian duka di pulau itu
menyayat jauh ke celah celah runtuh
tarian nyiur nyiur t3rbunuh, buih laut
seperti mengejar
dengan cakar cakar terhunus
kemudian di kejauhan aku berteriak,
"Jangan ada tsunami, jangan ada tsunami..!"

Tetapi tangisan terlanjur tersesat
pada sajak sajakku yang melesat seketika
: ini, yang kesekian kali, kita diajarkan
cara menyimak sekaligus cara menterjemahkan
betapa jagad adalah sebuah teka teki
yang setiap saat bisa mengubah cara bersikap.

Duka Lombok mengelana hari ini
ke ujung pulau
ke ranah yang tak terjangkau.
Ketika tebing tebing guncang
debu debu melesat terbang, setelah tiang-
tiang rumah saudara kami terjungkal.
Maut meminang ruh, dan tugu tugu yang runtuh.

Lombok, tidak perlu
kita petakan titik koordinat air mata
sebab kecipak laut yang menggendong perahu itu
warna birunya tiba tiba muncrat ke atas
mencari tempat menitipkan
rasa yang tak menentu hari ini.

Banten, 06 Agustus 2018


LOMBOK DALAM TIMANGAN 7 SR

Saat kita sibuk membangun
sebuah rumah
di tempat lain, tuhan meruntuhkannya.

Mengapa ini? Lombok dalam
timangan 7 SR
mengagetkan kita, dengan jerit
tertahan di tenggorokan.

Bumbungan yang begitu susah payah
ditinggikan ayah
lalu melayang ke tanah, tumpah
bersama tangisan pulau ini
air matanya meledak, membuatmu
lari ke halaman; lebih jauh ke pengungsian.

Banten, 06 Agustus 2018


ORANG ORANG JANGAN PERGI DARI LOMBOK

Orang orang yang datang
jangan pergi dari lombok
meski kini mencekam, diterkam
kuku kuku malam.

Malam yang kemarin telah
menyampaikan sebuah kisah
kulit bumi yang sedang gelisah.

Banten, 06 Agustus 2018


TITIP SALAM UNTUK LOMBOK

Titip salamku untuk Lombok
untuk Nusa Tenggara
yang sedang tak enak badan.

Karena limbung yang menikung
mengitari kampung kampung
dan saudaraku yang akhirnya menginap
di pengungsian.

Titip dukaku untuk Lombok
semoga tuhan menaruh cahaya
di jalan jalan retak, di jiwa yang sedang sesak.

Banten, 06 Agustus 2018




Tentang Penulis: Riduan Hamsyah, menulis puisi dan telah diterbitkan di sejumlah media massa.

Tidak ada komentar