HEADLINE

DI HARI SAKURA MEREKAH_Puisi Puisi Ni’matun Khasanah (Sastra Harian)

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)


DI HARI SAKURA MEREKAH

Saat semilir angin bahasakan dingin
Ke mana mata melihat hanya butiran putih yang bisu
Deburannya isyaratkan kebekuan sudahlah jemu
Mendamba hembusan musim semi
Cairkan dirinya lekas meresapi akar-akar sunyi
Menghayati musim yang berganti, saat
Matahari tak lagi lelap dalam mimpi
Rekahkan kuncup dan
Perlahan mewangi dalam sepi, lekas
Sampaikan salam pada ranting yang tak mematung lagi
Di hari sakura merekah di antara daun yang menari
Purwokerto, 20 Maret 2018


SIAPA YANG AKAN DICACI?

Kubangan ini semakin menjadi
Dusta, kecewa dan rindu ada di dalamnya
Air mata menghujaninya semalaman
Sekarang meluap,
Mengotori serambi hati, lantas
Siapa yang akan dicaci
Air mata ataukah kubangan ini?

Purwokerto, 11 Maret 2018

MENCARI RUMAH

Seonggok tanya menghalang di setapak
Hentikan lari kecil, dan
Memaksa tatap lamat
Bayang di ujung jalan, sementara
Langkah kaki terus mengelana
Resah hati tak henti mengembara
Mencari rumah belum terjemah
Hati tak terpenjara

Purwokerto, 12 Maret 2018



AJARKAN PADA JIWA YANG LAYU

Apa bumi pernah berkeluh kesah?
Saat tiup angin buatnya resah
Apa bumi pernah marah?
Saat rintik hujan buatnya basah
Apa bumi pernah mengumpat?
Saat terik menjadikannya berpetak-petak

Tolong ajarkan tabahmu pada jiwa yang layu
Tersebab kemarin angin malam tiupkan rindu
Tolong bisikan rahasia sabarmu
Tersebab kemarin rintik hujan menenggelamkannya dalam sendu
Tolong hantarkan rasa tegarmu
Tersebab kemarin panas dari terik membakarnya
Hingga tak lagi harum

Purwokerto, 26 Maret 2018



MENGIRING JEJAK

Di tanah tempatku berpijak
Terlihat garis panjang melintang
Yang tersusun dari jejak-jejak tak bertuan
Sebab tak terlukis bayang seorang dan
Di sini hanya ada aku
Berdiri dengan jejakku
Yang diam-diam ikut mengiringinya
Dengan tangan mengepal harap
Langkahku tak gontai hingga ke ujung pijak
Namun di tengah jalan
Jejaknya menghilang dan
Senja lukiskan lamat bayang
Jejakku yang kehilangan arah
Lekas mengikuti tuntunan mega

Purwokerto, 28 Maret 2018



DENGAN AIR MATA


Tiada lebih sakit dari kem4ti4n
Kehilangan  juga mengikhlaskan
Pergi ataupun menanti, dan
Sebagian perihnya menetes
Tepat mengenai lubuk hati
Yang lukanya menganga
Sebab kecewa sadis menyayatnya
Dan ketika cinta tak tahu lagi jalannya
Asa lekas pergi namun tak mati
Yang singgah tetaplah luka
Menjahit sendiri raganya dengan air mata

Purwokerto, 24 Maret 2018



SAJAK RINDU

Rindu begitu terasa
Ketika burung yang terbang lupa sangkarnya
Ayam di akhir senja lupa jalan pulang
Kemarau panjang ingin hujan jatuh lebih awal
Rindu begitu berat
Saat kupu-kupu tak juga bersayap
Bunga tak lagi berkelopak
Paus hitam terdampar tak dapat ombak

Langit sendu membawa embun ragu
Dikhianati terangnya lampu-lampu kota
Jingga di barat membawa garis merah menjilat
Dicurangi hujan yang belum mau bertolak
Detik-detik membuyar dari detak jam dinding di sudut ruang
Namun masih belum juga langkah kakimu berpijak
Tak terdengar suara berat menyapa
Memaksaku melompat ke dalam lubang kecewa

Purwokerto, 1 Maret 2018



Tentang Penulis :

Ni’matun Khasanah lahir di Banyumas, alumni SMK N 1 Purwokerto, jurusan Administrasi Perkantoran tahun 2016. Saat ini tengah menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Fakultas Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Aktif di beberapa organisasi seperti LPM Obsesi dan UKM PIQSI, dan juga mengikuti Sekolah Kepenulisan STAIN Press. Mempunyai kebiasaan begadang nonton drakor (drama korea) dan hobinya adalah berimajinasi. Puisinya berjudul “Gaungan Rindu Kelabu” menjadikannya  sebagai 100 penulis terpilih dalam lomba cipta puisi tingkat nasional bertema “arti rindu sebenarnya” yang diselenggarakan oleh Cipta Puisi Nasional, dan dua cerpen serta satu puisinya masuk sebagai semifinalis dalam lomba kepenulisan yang diselenggarakan oleh Penerbit Qalifa Media.  Saat ini dia berdomisili di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 



Tidak ada komentar