HEADLINE

PERJANJIAN BERSAMA SWASTAMITA_Puisi Puisi Almer Kasa (Sastra Harian )

Redaksi Simalaba menerima tulisan puisi (minimal 5 judul), cerpen dan cernak (minimal 5 halaman A4) esai, opini, artikel dan liputan kegiatan yang sesuai dengan visi dan misi majalah Simalaba untuk dipublikasikan setiap hari (selain malam minggu) kirim karyamu ke e-mail : majalahsimalaba@gmail.com
Beri subjek SASTRA SETIAP HARI.
(Belum berhonor)



PERJANJIAN BERSAMA SWASTAMITA

Suatu sore yang indah dengan merah jingga
Derit detik menit memaksa ia pulang ke pembaringannya
Mengapa engkau cepat sekali buta duhai swastamita?
Melukiskan mangata di depan mata
Tak tersisa, kau telan semuanya

Dan,
Kini bayang wajahmu datang bertandang menemuiku
Memaksa hatiku meluru ingin mendekapmu
Meski hanya dalam bayang semu

Kau yang pernah bersamaku
Dahulu;
Bersama tertawa, mencaci maki hari yang enggan memihak
Kau yang berhasil melehkan hatiku yang kala itu beku
Menuntunku keluar dari kelamnya hari-hariku
Mengenyahkan senyap hingga benar-benar lenyap

Adakah kau tahu?
Hadir bayangmu menyibak tingkap-tingkap rindu
Sesak, memenuhi lantai jiwa ragaku

12-05-2018



IA ADALAH AWAS

Tibalah saatnya kita berjumpa dengan hal yang tak sama sekali kita mengerti
Tak pernah bisa dipahami
Tiada bisa diterka, penuh teka-teki

Kau kenalkah akan dia?

Bila ia datang, kau harus siap sedia
Ia tak mengenal waktu, tempat, dan suasana
Ia bisa tiba-tiba atau memang dengan sengaja
Ia datang dengan lembut. namun belati, taring, dan kuku tajamnya terlalu menakutkan bila kau abaikan

Ia ada di bibir gelas kopimu
Ada di langit-langit kamarmu
Ada di tempat tidurmu
Ia bahkan berkuasa atas sepimu
Lebih gila lagi kau tak bisa memalingkan mata, ia tetap mengikuti kemana matamu menyapu

Lucunya,,
Kau dibutanya seolah merasa dunia ini hanya milikmu
Hatimu dibuatnya saban hari, saban waktu merayu melantun lagu-lagu merdu
Tapi, seperti kukatakan sebelumnya. Bersiaplah.
Ia menungu kau lengah, selangkah saja kau salah, itu berarti petaka.

Aku bukan pakar dalam urusan ini,
tapi sudah pernah kurasakan sepak terjangnya
waktu itu aku tidak siap kala ia bertamu, kuremehkan ia.
hingga berakhir aku dilumatnya, ditikamnya aku, dicabiknnya aku. Rapuh.

Bersiaplah kalau ia datang bersua
jangan takut. Ia indah. Asal kau pintar mengerti apa maunya
cukup suguhkan segelas kopi, teh atau bahkan air putih. Ia takkan meminta lebih
Suguhkan saja itu, segelas berdua.
lalu duduk di sampingnya dan nikmati bersama
buat ia mengerti bahwa rumahmu adalah tempat terakhirnya untuk tinggal, menetap, tanpa harus pindah lagi.

Atas nama Cinta, kuperkenalkan kau dengannya

Ia adalah awas;
Ia adalah duka, luka, dan suka;

10-06-2018



AKU BUKAN AKU TANPA “KAU”

Aku hanya bisa bercanda dengan semesta
Sekiranya tabir ini akan tersingkap
Benar-benar berakhir tak tersisa
Lenyap

Aku bertekuk lutut dalam sujud
Membelah langit, mengantarkan berjuta doa khusyuk

Jangan tinggalkan aku Tuhan di jalan berlubang nan sempit ini
Aku bukan peramal, tapi aku tahu Kau Tuahnku punya rancangan terbaik
Aku bukan pertapa, tapi aku tahu doaku akan terkabul
Aku bukan pengembara, tapi aku tahu jawaban atas doaku pasti lebih dari gunung yang tinggi,
dari cantiknya senja, dari sejuknya embun.
Sebab kutahu Kau Tuhanku yang baik.

Terimakasih Tuhan
Atas duka dan nestapa ini
Terimakasih Tuhan
Atas mereka yang membenci, bahkan hendak menjatuhkanku

Ampuni mereka Tuhan
Terimakasih dan,
AMIN

31-05-2018



RAYUAN SENJA

Merah jingga campur baur
Lagu mendayu merayu
Aku terpaku terpukau
Enyah sudah duka lara

Telah pergi kekasih hati
Sudah pergi teman sepi
Usai sudah kisah kasih

Laju waktu bertalu
Awan bergerak berarak
Melambai mengajak beranjak
Biar berlalu masa lalu

14-05-2018



NEGERI NGERI

Aku lihat seorang perempuan, bajunya bertuliskan Indonesia
Di bagian ketiak robek sedikit menampakan dadanya
Tak acuh; enggan ia pedulikan semua
Tangan kotor itu sibuk di dalam tong sampah

Berjuta mata mengulitinya
Hidupnya tambah hina dina
Tapi lapar telah berkuasa
Cerca? Kunyah saja

Malang nian nasibnya
Di negeri kaya (katanya), ia lapar
Di negeri sejahtera (katanya), ia lapar
Kota teramat kejam melumat, tak satu pedulikan ia

Negeriku, mu, nya;
Ngeri;

24-05-2018


MENJAUHI PULANG

Pendar mangata membelah samudera
Bintang gemintang bercermin di sisinya
Gunung-gunung yang rapuh oleh gulita
Dan, karang-karang yang tak punya kerja

Siput-siput menyerah bergerak, melepaskan cangkangnya
Gelombang-gelombang yang tak lagi memiliki lidah
Pantai yang malas dihinggapi buih
Tertinggal suara burung hantu terdengar lirih

Sementara kau,
Di depan sana layar terkembang menampar rembulan
Dalam diam semilir mengantar menjauhi pulang
Merangkak menjemput demi malam yang jatuh perlahan

02-06-2018


JEMARI-JEMARI GIGIL

Hujan kali ini turun hati-hati
Berbaris di dahan tingkap langit
Keruhkan debu basahi bumi
Samarkan hati yang berderit

Hujan kali ini antarkan dia pergi
Menemu mimpi yang telah usai
Tiada jejak mampu kutemui
Hanya hati terus mencaci

Pergilah kau gapai anganmu
Biarkan saja aku di sini
Bawa kembang itu ikut pergi
Biar tak jadi pengingatmu

03-06-2018


PE(RR)EMPUAN DAN PENOLAKAN

Ini kasus lama,
tentang beranda, di sebelahnya ada sebuah telaga
telaga tak bernama namun bisa di rasa

Daunku gugur terhuyung di antaranya
pusaran memaksanya menyerah untuk tetap hinggap di ranting-rranting tak bertuan
daun ingin menolak. tapi apalah daya, ranting-ranting terlalu menyesak sesak
melepas gamit…
pamit

ini kasus lama
kasus lama
lama

06-07-2018

Tentang penulis : 


Almer Kasa lelaki kelahiran 03 Maret 1997  berasal dari Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah. Sekarang berdomisili di Palu, memliki kegemaran menulis puisi dan bermain gitar. “Tak ada gitar dan musik, hari-hari pasti tak asik.” Katanya.  

Tidak ada komentar