HEADLINE

Edisi Rabu, 06 September 2017_ PUISI PUISI Q ALSUNGKAWA (Lampung Barat)


MENDUNG DI LANGIT LAMPUNG

Seperti biasanya
ada dingin di sini, menumpang di punggung cuaca
menyelinap ke dalam malamnya Lampung Barat.

Namun di balik itu semua, di wilayah ini
tidak berjumlah sedikit
mimpi anak anak puisi
yang mengadu peruntungan di kota kota
harus kembali, dan berulang-ulang meraba dada
seiring sesak menyekat di tenggorokan
sebab Lampung terlanjur disematkan
sandang serupa noda
mereka menamai kami negeri begal, atau semacamnya hujat yang sesat.

Hai, sudahkah burung kecicit singgah dan membaca kami
raut puisi aliran tepi?
Bisa jadi hanya sebuah alasan
tetapi, ini juga bagian dari tubuhmu
sebab secangkir kopi di pagi hari
adalah nadi yang bernafas di sini, dari bumi sejuta kopi.

Mari!
kita akhiri saraf yang bertikai
akan menjadi keindahan
bila tangan kekarmu
dibasuh di sini, kemudian berbicara dari hati
menghubungkan lagi jembatan yang putus
dan mengembalikan langkah kepada satu arah.

Lampung Barat, 25 Agustus 2017.


LARUT MALAM

Ternya sudah larut
puisiku perlu tidur
agar bila matahari menjemput pagi
ia meneruskan kembaranya hingga senja
dan bila larut itu kembali
ia pun tidur lagi.

Lampung Barat, 26 Agustus 2017.


SAJAK MALAM MINGGU

Setelah berkelahi
               aku pergi
ke sisi lain
              dan
menulis sajak dingin
                sebab aku
berdiri bukan di satu sisi. 

Selamat jalan ruang sepi
waktu yang akhirnya menziarahi
seperangkat nanar
kemudian benar benar pergi.

Lampung Barat, 26 Agustus 2017.


BIOGRAFI EMBUN

Dan kembali ke sekujur daun
ada butir-butir embun yang berserakan di jalan, menjelma sajak piatu, sebab kelopak adopsi kehilangan biji mata.

Sungguh!
Di sini ada Puisi, di Republik yang kami huni.

Tapi-

masih serupa embun
sisa dingin yang dahulu
dan telah menetap sebagai hujan di koran-koran, menjelma apa saja, di ruang baca.

Adakah pojok halaman, untuk kami merebahkan pertikaian matahari
dan mematuhi isyarat malam?
Lalu kita bicarakan di surat kabar, segala aspek yang mengalir dari mana saja
hingga sayap sayap tidak lagi rapuh
dan bersiap terbang melemparkan biji aksara ke belalak Dunia.

Lampung Barat, 2 April 2017.


KUJAWAB DI MUKA

Nak, kelak akan menjuapai jawaban
setelah usia genap belasan
ada, bahkan banyak
yang mesti kau pisahkan
atau memilah cangkang dari isi.

Hari ini, kita bicara saja tentang apa saja yang mudah dicerna
sebabnya
aku tak berkehendak, atawa memaksamu untuk dewasa sebelum tiba masa
tetaplah di posisi seharusnya
seperti puisi seumuranmu
agar bila malam tiba
mimpi-mimpi itu
tetap meninabobokan.

Baiklah. Mari sedikit hijrah ke sisi lain
misalnya menyanyikan (Balonku ada lima) atau lagu lainnya
bisa jadi (Bintang kecil) yang tentunya membuat senyumu
utuh di tempatnya.

Lampung Barat, 25 Agustus 2017.



Tentang Penulis: Q Alsungkawa, Tinggal di pekon Ciptamulya, Kec. Kebon Tebu, Lampung Barat. Bergiat di komunitas sastra di Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA), ia mempulikasikan puisi-puisinya di media online www.wartalambar.com, Saibumi.com dan Lampungmediaonline.com. Puisi puisinya juga tergabung dalam buku antolog MY HOPE 2017, EMBUN EMBUN PUISI, EMBUN PAGI LERENG PESAGI, yang terbaru karya dimuat di majalah SIMALABA edisi perdana 2017.

Tidak ada komentar